Kamis, 18 Agustus 2011

" Haruskah Aku Dimadu....??"


Stop Pak..stop..stop…!!seorang Ibu paruh baya mendadak minta sang sopir menghentikan laju busnya, karena si Ibu  merasa dia melewatkan halte tempat dia turun.



Bug…!!! Aduh…indah meringis kesakitan karena kepalanya terbentur kekaca  bus yang di rem secara mendadak oleh sang sopir. Indah menoleh ke belakang sambil mengusap keningnya yang  agak lebar , tapi sedikit tertutupi dengan jilbab pink yang ia kenakan.


Lamunan Indah terpaksa  buyar karena peristiwa tadi. Sedari tadi Indah berusaha memutar otaknya agar dia menemukan solusi untuk  seorang sahabat yang tadi  menceritakan problem yang sedang dia hadapi, dan bagi Indah problem ini sangatlah  rumit jalan keluarnya, dan diapun tak boleh memberi solusi yang asal-asal saja karena ini menyangkut masa depan  dua keluarga.

Sampai sa’at ini dia masih teringat perbincangan nya dengan sahabatnya tadi. Sebetulnya indah hari ini harus masuk kantor, akan tetapi dia sengaja meliburkan diri karena sahabatnya Weny menelpon dia untuk mau datang kerumahnya secepatnya, katanya ada sesuatu yang ingin dia ceritakan, dan Weny sudah tak mampu lagi menghadapinya sendiri. Ternyata suaminya ingin memberikan “ sahabat baru” untuk dirinya dan anak-anaknya alias Poligami.



Indah kaget mendengar penjelasan Weny sahabatnya itu, setau dia rumah tangga mereka baik-baik saja, malahan Indah kenal dengan baik Putra suami Weny.



Putra  bekerja di sebuah perusahaan di ibu kota. Setau Indah, Putra adalah tipikal suami yang sangat baik, tak segan menbantu mencuci, membersihkan rumah, menyiapkan makanan sendiri,  bahkan, semua yang ingin dilakukan istri, dikerjakan sendiri oleh Putra. Indah menjadi heran dan bertanya-tanya dalam hatinya, kenapa bisa seperti ini.



Perlahan dia telusuri pokok permasalahan dari sahabatnya itu. Pelan-pelan dia bertanya dari hati kehati pada Weny,  kebetulan Indah adalah lulusan Psikologi dari sebuah universitas, jadi dia bisa mengetahui watak clientnya, sehingga dia bisa dengan mudah memasuki area fikiran sang client, termasuk Weny sahabatnya.



“ Oh ia… sebelumnya aku minta ma’af ya kalau seandainya pertanyaanku nanti agak sedikit mendetail dan  sedikit memasuki ruang privasi kamu” perlahan Indah menjelaskan pada Weny.


“ It’s ok.. nggak apa-apa kok In..” jawab Weny dengan tatapan sayu.


Indah terdiam agak lama.  Sesaa’t kemudian Weny  melangkah kedapur untuk menyediakan secangkir teh hangat untuk sekedar menghangtkan tubuh  mereka, karena siang itu hujan turun sangat deras mengguyur kota Medan yang sudah 3 bulan ini kering kerontang karena terpaan panas matahari yang tiada lelah menaungi kota yang terkenal khas dengan tarian Tor-Tor itu.



“ Wen.. setau aku suami  kamu itu orangnya nggak neko-neko, nggak mungkin dia ambil keputusan poligami secara tiba-tiba tanpa ada sebabnya” kembali Indah membuka percakapan



Weny hanya terdiam, sesekali pandangannya menatap kosong kedepan, seakan-akan dia juga memikirkan hal yang sama dengan Indah.



“ Dan aku juga tau tentang kamu sedari kita sekolah dahulu.” Sela Indah lagi



Putra kenal dengan Weny sejak Putra kelas 1 SMA dan Weny kelas 6 SD. Umur mereka memang terpaut sangat jauh. Sampai saat Putra berumur 27 tahun, Putra  belum juga menemukan pasangan  yang pas untuk dirinya, hingga akhirnya Putra mencoba mendekati Weny. singkat cerita  merekapun akhirnya menikah.



“ Setau aku…jika seorang suami memutuskan untuk menikah lagi, pasti ada yang kurang pada istrinya. Baik itu menyangkut kepatuhan seorang istri, kebersihan diri, keikhlasan melayani suami, malah terkadang karena masalah yang sifatnya  kadang di anggap biasa bagi sebagian perempuan, contohnya saja masalah ranjang atau kebutuhan biologis” Indah mencoba memancing Weny



“aa..apa In…maksud kamu apa….?” Weny tergagap dengan kata-kata indah tersebut

“ Ia…masalah kebutuhan biologis, kamu pasti lebih tau dengan apa yang aku maksud”

“ Masa itu harus dipermasalahkan sih In..”

Indah tersenyum mendengar kata-kata sahabatnya itu, meskipun dia belum menikah, akan tetapi dia mengetahui sedikit banyaknya beberapa point penting dalam kehidupan berumah tangga.



“ ia…. memang nggak masuk akal kalau bagi kita perempuan, tapi kamu tau bukan, laki-laki itu menikah bukan hanya untuk mendapatkan keturunan semata, akan tetapi dia juga membutuhkan tempat untuk menyalurkan kebutuhan biologinya, karena takut  jatuh pada Zina, makanya dia memutuskan untuk menikah, agar Allah tak murka dan juga untuk menyelamatkan kesuciannya dirinya” jelas indah lagi.


Rasulullah Saw bersabda, "Wahai para pemuda, siapa diantara kalian telah memiliki ba'ah (kemampuan) maka menikahlah, kerena menikah itu menjaga pandangan dan kemaluan. Bagi yang belum mampu maka puasalah, karena puasa itu sebagai pelindung. (HR Muttafaqun'alaih


Kembali Weny hanya membisu mendengar penjelasan Indah. Memang selama ini dia seolah enggan, terkadang bahkan dengan halus suaminya didorong menjauh ketika hendak “beribadah”. Hasrat itu jarang sekali terpenuhi, kadang sampai 3-4 minggu.



Dari Abu Hurairah r.a., katanya: “Rasulullah sholallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Jikalau seseorang lelaki mengajak istrinya ketempat tidurnya, tetapi istri itu tidak mendatangi ajakannya tadi, lalu suami itu menjadi marah pada malam harinya itu, maka para malaikat melaknati - mengutuk - istri itu sampai waktu pagi.” (Muttafaq ‘alaih)



Dalam riwayat Imam Bukhari dan Imam Muslim yang lain lagi, disebutkan demikian: “Rasulullah sholallahu ‘alaihi wasallam. bersabda: “Apabila seseorang istri meninggalkan tempat tidur suaminya pada malam harinya, maka ia dilaknat oleh para malaikat sampai waktu pagi.”



Selang 2 tahun pernikahan, mereka dikaruniai anak. Dan mereka mulai mengontrak rumah sendiri. Tak ada yang berubah, Weny masih jarang menyediakan diri, sementara suami berupaya melakukan apapun yang dia ingin istrinya lakukan agar kebituhannya terpenuhi.


** ** **

Putra melangkah gontai  menelusuri koridor  kantornya, jam sudah  menunjukkan pukul 16.00 WIB, sa’atnya jam kantor usai, akan tetapi dia tak lansung pulang, dia mampir dulu di café vavoritnya untuk menenangkan fikiran yang sedang berkecamuk. Mejanya bergetar, ternyata ada pesan masuk di Hp nya, disana terpampang sebuah nama yang sekarang ini ikut mondok dihatinya, Neni.



Neni adalah teman SMA nya dulu yang sudah 17 tahun hilang kontak. Dulu Putra sempat menyimpah rasa terhadap  Neni, demikian pula sebaliknya, namun Neni terburu keluar dari sekolah karena menikah dini. Usia mereka terpaut 1 tahun, Neni setahun lebih tua dari Putra.



Dan sekarang Allah kembali mempertemukan mereka. Ternyata Neni telah 7 tahun menjanda, dengan 1 orang anak. Tak dapat dielakkan lagi, benih-benih cinta yang dulu sempat gugur, sekarang seakan kembali menjalar dan subur. Pertemuan mereka semakin intens. Putra seperti menemukan kembali belahan jiwanya yang sempat hilang, hal yang sama juga dirasakan oleh Neni. Mereka tak bisa menepis rasa itu hingga hubungan mereka kembali berlanjut, dan Putra  berjanji pada Neni akan menikahinya, meski Neni tau kalau Putra masih berstatus sebagai seorang suami, namun Neni bersedia jika dia dijadikan yang kedua.



Putra semakin bingung,karena sa’at ini Weny istrinya tengah mengandung anak mereka yang ke-3. Pernah suatu kali Putra mencoba menjauhi Neni, dia mencoba tak lagi berhubungan dengannya, menghapus semua nomer Hp. Dia mencoba menghapus semua tentang Neni demi menjaga perasaan istrinya, demi menghindari pertengkaran yang kian hari kian sering terjadi, karena ternyata hubungan gelapnya dengan Neny tercium oleh istrinya. Weny mengetahui melalui sms yang tak sengaja ia baca dari Hp putra.



Weny merasakan rumah tangganya seperti di neraka, setiap hari yang terjadi pertengkaran demi pertengkaran, dia tak rela jikalau dia harus dimadu, dia tak bisa menerima kehadiran orang baru dalam cinta mereka, dia tak mau jika suaminya menikah lagi. Dia lebih memilih bercerai.



Putra sudah berbicara padanya dari hati ke hati, dan Putra pun menjelaskan bahwa Neni lebih tua 6 tahun dari Weny, akan tetapi, penjelasan itu tak dapat mengubah keinginan Weny untuk bercerai.


Weny menyadari kesalahannya selama ini, dia menyadari dirinya yang tak pernah sepenuh hati melayani suminya, meskipun 1 bulan setelah kelahiran anak mereka yang ketiga, dia telah berusaha sebaik mungkin memperbaiki dirinya,  tetap saja tak bisa merubah keinginan suaminya untuk menikahi Neni.

Dan Weny pun tetap pada pendiriannya, Bercerai. Akhirnya Putra menyetujui keinginanya itu, dengan syarat  anak-anak mereka besarkan bersama.








 















Senin, 15 Agustus 2011

Aku dan Kekasih Suamiku. Part 2 (finish)


Aku tak tahan lagi…..!

Apa lagi yang harus aku lakukan. Karena setiap kali aku bertanya pada suamiku, dia selalu mengelak. Malah aku yang dibilang mengada-ada. 

Ingin rasanya aku melabrak perempuan itu, tapi aku takut.. karena suamiku pernah bilang kalau aku nekat mendatangi perempuan itu, dia akan menceraikan aku. Aku gak mau itu sampai terjadi, aku nggak mau pernikahanku hancur.
Dan malam itu.. aku langsung bertanya pada suamiku, tapi yang terjadi malah pertengkaran hebat, dia mati-matian membela perempuan itu, dan ujung-ujungnya aku dilarang memakai Fb atau pun twitter..

Kenapa Rani datang lagi dalam kehidupan kami.., kenapa dia tega menghancurkan istana mungilku. Dia datang sa’at aku baru mulai merasakan indahnya menjadi seorang istri, sa’at aku baru mereguk indahnya hidup berumah tangga.


Tuhan…ada apa ini…? Kenapa…?

Aku bingung…karena suamiku pun memberi lampu hijau padanya, mereka kembali menjalin kasih, mereka kembali sering bertemu.

Aku diabaikan…aku tak dipedulikan lagi, malahan.. dia seenaknya menelpon wanita itu sa’at dia disampingku, dia tak lagi menghargai aku sebagai istrinya yang sah.

Dia mulai kasar padaku, terlebih jika aku menyebut-nyebut nama wanita itu, dia akan marah besar padaku. Dia sangat melindungi perempuan itu…!

Aku Benci Perempuan Itu, aku Muak sama mereka..!!!

Kenapa dia sebegitunya membela perempuan itu. Aku istrinya yang sah.. meski semenjak menikah dia tak penah memberiku nafkah. Tak apa bagiku, yang penting dia ada bersamaku.

Kian hari hubungan kami makin hambar, suamiku semakin jarang pulang kerumah, kalaupun dia pulang, paling hanya untuk mengambil pakain bersihnya, lalu dia pergi lagi, dan baru akan pulang beberapa hari setelah itu.
Kami tinggal satu atap tapi seperti tak saling kenal, jarang sekali ada percakapan di antara kami, meski aku berusaha tuk menghangatkan suasana, tapi hasilnya sama saja, dingin. Berdekatan tetapi berjauhan hati.

Teman dari suamiku pernah berkata kalau suamiku akan menceraikan aku, katanya aku bukan istri yang baik, dia bilang aku sering bercerita tentang mantanku itu, dia bilang kalau aku masih mencintai mantanku itu. Semua fitnah. Aku tak pernah bercerita tentang Reno pada suamiku kecuali sebelum kami akan menikah dalu. Dia melakukan itu hanya ingin menutupi hubungan gelapnya dengan perempuan itu.
Pernah suatu kali aku mencoba menghubungi perempuan itu, aku menjelaskan padanya kalau aku ini istri Zaki, aku mohon padanya untuk menjauhi suamiku. Tapi apa yang terjadi…? Dia malah mengatakan padaku bahwa suamiku bercerita kepadanya kalau pernikahan kami batal…!!.

Dan aku mecoba kembali untuk meyakinkan perempuan itu kalau sumiku itu membohonginya yaitu dengan memperlihatkan foto pernikahan kami. Akan tetapi dia tetap tidak percaya, dan bilang kalau aku ini perempuan yang lagi stress karena gagal menikah dan foto itu hanya hasil editan photoshop. Astagfirullah.. aku kewalahan meyakinkannya. Apa lagi yang harus aku lakukan sekarang..? dia sama sekali tak mau mempercayaiku, malah dia semkin menjadi-jadi.
Separoh hati aku kasian pada perempuan itu, aku kasian karena dia telah dibohongi mentah-mentah oleh Zaki. Aku kasihan akan masa depannya. Sekarang kuliahanya berantakan karena sibuk ngurusin Zaki. Puluhan SKS (Sistem Kredit Semester) harus dia ulang lagi. Tidakkah dia kasian pada orang tua yang susah payah membiayai studynya, tidakkah dia memikirkan masa depannya..? Ya Allah.. bukakanlah pintu hatinya.. dan juga pintu hati suamiku. Bagaimapun kesalahan tak sepenuhnya ada pada perempuan itu. Dia juga korban.


Aku selalu bermunajat setiap malamku… malam-malam ku hiasai dengan tahajud, meluapkan semua kesedihan dan sakit hati karena perbuatan suamiku, terus terang aku mulai putus asa karena Allah tak jua menjawab doa-doa ku. Kenapa ya Allah aku harus menjalani takdir yang seberat ini..? kenapa harus aku.. kenapa mesti aku ya Allah.. aku tak kuat lagi dengan cobaan ini, ber tubi-tubi cobaan Engkau timpakan padaku, apa salahku.., apa dosaku ya Allah…, apa aku pernah melakukan hal ini pada orang lain…? Engkau sungguh tak adil padaku, Engkau tak sayang padaku, kenapa mesti aku.. kenapa bukan mereka yang bejat…?? Tangisku pecah disela doa-doaku. Dengan sadar aku menghujat Allah…aku benar-benar tak kuat lagi.


Bulan Juni aku dimutasi ke kota lain oleh kantorku, aku dipindahkan kerja keluar daerah, dan hubungan ku dengan suamiku tak jua membaik.


Dan di kota ini aku terpaksa nge kost di sebuah rumah yang tak terpisah, aku melakukan itu agar aku tak terlalu merasa kesepian. Aku tinggal dirumah bu Hannah, beliau sangat baik, pun seluruh anggota keluarga nya, rasa sepiku sedikit terobati.


Seperti biasa aku pergi pagi dan pulang sore harinya, dan selalu saja bu Hannah telah menyiapkan makan malamku, aku dia anggap seperti anak kandungnya, baik nya ibu ini bisik hatiku. Bahagianya beliau mempunyai keluarga yang bahagia, andainya saja aku juga seperti beliau…pasti aku akan sangat bahagia, ahhh… itu hanya mimpi.


Suatu pagi sewaktu aku akan berangkat ke kantor, bu Hannah memanggilku, beliau mengenalkan ku dengan anak perempuan bu Hannah satu-satunya, namanya Hesti, dia lebih muda dariku, dan juga telah menikah dan mempunyai seorang putri.

“ Zahra…sini sebentar.. perkenalkan ini anak ibu, yang sering ibu cerita kekamu itu lho....”

“ Zahra..” kataku sambil menyalaminya..

“ Hesti kak..” dia tersenyum padaku

“ Kakak mau berangkat kerja ya…emang masuk jam berapa…kok jam segini baru berangkat..?”

“ Ia….kakak masuk jam 8, kan dekat dek..10 menit juga nyampe..” jawabku seraya tersenyum

“ Ya ia lah… kakak istrinya mas Zaki kan…mobil itukan yang sering di pakai mas Zaki klo mau jemput Rani ke kampus, Rani itu teman aku sekampus lho kak..”

Dezzz!!! Seluruh tulang-tulangku lemas.. aku serasa mau roboh…Aku tak tau harus jawab apa, ya Allah… Apa ini kebetulan.., ada apa ini…. Engkau menitipkanku di sebuah keluarga yang ternyata anaknya adalah sahabat dari perempuan itu. Apa lagi rencana-Mu ya Allah…
Aku tergagap, tak tau harus menjawab apa lagi, aku terdiam cukup lama, dan sepertinya Hesti mengerti apa yang ada di dalam fikiranku.

“ kak.. aku salut sama kakak.. kakak begitu tegar..”

“ Maksud dek Hesti apa….?”

“ Udahlah kak.. aku dah tau kok apa yang terjadi sebenarnya, semua teman-teman di kampus tau siapa Rani kok, dan kami juga sudah tau tentang hubungan mereka”

Aku terdiam… ingin rasanya aku menjerit…ingin rasanya aku teriak.. tapi lidahku kelu.

“ kakak itu baik… dia nggak pantes buat dijadiin suami, laki-laki itu tidak pantas di cintai kak”
Aku kembali diam…pali-paling aku hanya membalas dengan senyum getir, karena aku telah kehabisan kata-kata.

Semakin hari aku semakin akrab dengan Hesti dan keluarganya, dia memperlakukan aku seperti kakaknya, setiap dia kembali dari kampusnya, yang pertama dia tanya adalah aku, dia akan langsung menghubungiku, menanyakan aku lagi dimna, dan sedang apa. Aku sangat senang karena aku di anugerahi sebuah keluarga baru disaat aku jauh dari keluarga yang selalu mendukungku, akan tetapi aku masih belum mengerti kenapa Allah menitipkan aku disini.


Dan sekarang bulan ke-6 pernikahan kami…sedih rasanya menjalani status yang tak jelas seperti ini. Dibilang sebagai seorang istri.. tapi aku tak pernah tau suamiku dimana, dia lagi apa atau sedang dengan siapa, nomer handpone nya aja aku tak pernah tau.


Selasa 19 Juni 2011 aku mendengar kabar yang sangat mengagetkan sekaligus menyakitkan hatiku. Seorang sahabat Rani memberitahuku bahwa mereka telah menikah secara diam-diam. Mereka menikah meskipun orang tua mereka tak sedikitpun memberikan restu, mereka menikah dengan data-data yang dipalsukan

Serasa di sambar petir. Dunia serasa berhenti berputar, aku ambruk….semua terasa gelap…

Aku merasakan sentuhan lembut dipipiku..sebuah belaian hangat yang aku tak tau dari siapa, setelah aku membuka mata, aku melihat bu Hannah dan kelurganya berkumpul dikamarku, mereka terlihat sangat cemas.. aku melihat bu Hannah dan Hesti menangis.


Aku hanya diam melihat mereka, fikiranku masih direnteti dengan kata-kata di telepon tadi, aku berharap ini hanya mimpi, akan tetapi sekali lagi, kenyataan tak seindah inginku, disini aku terpuruk menahan sakit.. akan tetapi diseberang sana suamiku dan perempuan itu tengah bahagia menikmati kemenangan mereka. Yah.. Mereka menang…!


Dan sekarang yang ada difikiranku hanyalah menunggu hasil keputusan sidang, karena beberapa hari setelah aku mendengar kabar itu aku langsung mengurus surat-surat pengaduan ke kantor polisi atas alasan KDRT.


Sekarang aku menunggu dan akan menjalani episode takdir hidupku yang aku tak tau akan berakhir seperti apa. Dan lagi-lagi sampai detik ini aku masih belum mengerti maksud Allah akan peristiwa ini.


Jumat, 12 Agustus 2011

Aku dan Kekasih Suamiku. Part.1


Namaku Zahra.. aku anak bungsu dari 3 bersaudara, diusiaku yang masih terbilang muda, aku telah mengecap setengah dari sukses dalam kehidupan, itu menurutku.

Seperti yang sering  dibilang orang-orang terhadapku, mereka selalu berkata aku beruntung, sudahlah punya wajah cantik, kaya, punya penghasilan dan kedudukan yang lumayan tinggi di perusahaan tempatku bekerja dan perusahaan itu selalu jadi incaran setiap orang.

Aku merasa diawan…aku senang dengan kata-kata mereka, aku bahagia. Aku merasa beruntung.Alhamdulillah ya Allah…

Kebahagiaanku semakin sempurna, karena tak berapa lama lagi aku akan segera mengakhiri masa lajangku. Ya….. aku akan menikah dengan seorang lelaki yang sangat aku sayangi. Aku akan bersanding dengan pangeran hatiku…. Hatiku berbunga, aku serasa memeluk bulan. Aku sungguh beruntung bisikku…..

Aku baru mengenalnya 2 bulan belakangan ini. aku dikenalkan oleh seorang teman. Namanya Zaki, dia laki-laki yang sangat ramah, perhatian, dan sangat pengertian terhadapku. Kalau soal idabadahnya aku tak pernah memikirkan itu, karena dalam fikiranku, setelah menikah nanti dia akan berubah seiring berjalannya waktu. Itulah yang ada dalam fikiranku sa’at itu. Aku melupakan syarat yang satu itu, syarat yang paling utama.



لَا تَنْكِحُوا النِّسَاءَ لِحُسْنِهِنَّ فَلَعَلَّهُ يُرْدِيهِنَّ ، وَلَا لِمَالِهِنَّ فَلَعَلَّهُ يُطْغِيهِنَّ ، وَانْكِحُوهُنَّ لِلدِّينِ ، وَلَأَمَةٌ سَوْدَاءُ خَرْقَاءُ ذَاتُ دِينٍ أَفْضَلُ
Janganlah kalian menikahi perempuan karena cantiknya. Boleh jadi kecantikan tersebut akan membinasakannya. Jangan pula karena hartanya karena harta boleh jadi akan menyebabkannya melampaui batas. Menikahlah karena agama. Sungguh budak hitam yang cacat namun baik agamannya itu yang lebih baik” (Ibnu Majah no 1859-pent).

Hari yang ditunggu-tunggu pun tiba, 15  Januari 2011 adalah Tahun yang sangat bersejarah dalam hidupku.
Pernikahanku sungguh meriah, aku melihat pancaran kebahagiaan dari wajah-wajah orang-orang yang aku cintai, mereka keluargaku, belahan jiwaku.

Acara walimah berlangsung haru…air mataku bercucuran sa’at ijab qobul berlangsung, aku telah memenuhi separoh Dienku…Alhamdulillah Ya Allah….Aku bahagia…Terimakasih atas anugerah yang telah Engkau berikan…., Engkau telah memberikan penggantinya lebih cepat dari yang aku kira.

Perlu diketahui, sebelum menikah dengan Zaki, aku  telah mempunyai calon suami, laki-laki yang aku kenal sewaktu SMP dulu, dia kakak kelasku,namanya Reno, tetapi hubungan kami tak mendapat restu dari kedua orang tuanya, hancurlah harapan kami untuk  hidup bersama. Cintaku Kandas. Aku kalut sa’at itu, aku depresi berat.. karena orang dilingkunganku telah tau bahwa kami akan segera menikah. Hingga Zaki datang dalam hidupku., semua berangsur-angsur pulih, aku kembali menemukan semangat hidupku.

وَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ وَعَسَى أَنْ تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ وَاللهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لاَ تَعْلَمُونَ
Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui.(Al-Baqarah: 216)


Sekarang aku telah resmi menjadi istri Zaki , aku telah menjadi nyonya Zaki Prasetyo. Bahagianya aku mempunyai suami yang sangat lembut dan sayang  padaku.

Tapi…………….              


                      
Itu tak berlangsung lama, tepat  pada bulan ke-2 pernikahan kami, Ujian itu datang. Istana kecilku mulai goyah, gerimis mulai datang, kian lama kian deras. Ujian pernikahan datang sa’at umur pernikahan kami masih berusia seumur jagung.


Aku melihat gelagat yang aneh dari suamiku, dia mulai tertutup padaku, bahkan hanpone nya pun selalu dia kunci, tak pernah lagi dia taroh seperti biasa, kekamar mandipun selalu ia bawa,  bahkan nomernyapun aku tak lagi tau. Awalnya aku berusaha menanggapi biasa saja, tapi hati kecilku berkata lain, hatiku berbisik bahwa ada sesuatu yang ia sembunyikan dariku. Dan rasa curigapun mulai menyelinap masuk dalam fikiranku.
Pernah suatu hari aku membuntuti dia pergi, aku ikuti secara diam-diam. Aku pergi dengan adik iparku, adik dari suamiku, namnya Fitri, Dan apa yang terjadi….? aku melihat suamiku mendatangi sebuah kost-an putri, aku melihat seorang perempuan keluar dari rumah itu, mereka terlihat sangat akrab, aku nggak bisa melihat wajahnya secara jelas.


Tapi tiba-tiba Fitri berkata..


“ Loh kak.. itukan mba’ Rani, ngapain mereka malam-malam begini ketemuan, lagi pula mereka kan udah putus…”

“ Apa..? maksud kamu apa Fit…?   

“ Ia kak……itu mba Rani, mantan pacarnya kak Zaki,..”

“Mantan …? “ 

Aku coba mengingat nama itu, aku sepertinya pernah dengar nama itu, tapi dari siapa dan kapan…? Oh ia…. sebelum menikahiku mas Zaki pernah bercerita kalau dia baru putus dengan seorang  gadis, namanya Rani, mereka putus karena hubungan mereka tidak mendapat restu dari orangtua mereka masing-masing. Rani masih berstatus seorang mahasiswi disebuah Fakultas Kedokteran ,semester akhir.

Tapi kenapa sekarang mereka  ketemu lagi..? Aku semakin bingung. Kenapa suamiku tak pernah cerita kalau dia akan bertemu dengan Rani. Apa lagi malam-malam begini. 

Aku terus saja membuntuti mobil mereka, aku mengikuti kemana mereka pergi. Aku berusaha menjaga jarak agar suamiku tak melihat mobilku.  Tak terasa jam sudah menunjukkan pukul 10 malam, aku buru-buru pulang karena aku takut dia akan tau kalau aku tidak berada dirumah, aku takut dia curiga. Lagi pula besok Fitri harus ke kampus pagi-pagi sekali.

Ternyata benar dugaanku, tak berapa lama aku sampai di rumah, suamikupun pulang. Aku bersikap seperti biasa, aku pura-pura tidak tau atas apa yang aku lihat tadi. Aku berusaha bersikap hangat terhadapnya. Aku berusaha tetap tenang.

Keesokan harinyapun sumiku semakin sering pulang malam, terkadang malah tak pulang sama sekali, waktu aku hubungi kerumah orang tuanya, mereka malah bingung.

“ Assalamu’alaikum…ini mama ya….?”mam..mas Zaki mampir kesana gak..?“
“ Wa’alaikumsalam...ianak..nggak tuh.. Zaki sudah seminggu tidak mampir,..memangnya suamimu nggak ada di rumah.. kan ini sudah malam sekali nak..”
Aku terdiam…kemudian aku kembali mendengar suara dari seberang sana
“ halo..Zahra..kamu masih disana sayang…”
“ Oh.. ia mam…..mm.. itu.. tadi mas Zaki bilang katanya dia ada acara di luar kota, Zahra pikir dia mampir.., ya udah deh ma.. gak apa-apa., selamat malam ya Mam….Assalamu’alaikum..” telephone ku tutup dengan berjuta pertanyaan dibenakku.

Aku mencoba menelusuri informasi tentang Rani melalui situs jaringan social, aku mencari account Fb dan Twitternya., dan Alhamdulillah aku menemukannya.

Ternyata begitu gampang mencari dan membongkar hubungan mereka, disitus itu mereka mengobral kemesraan yang sangat berlebihan.. dan aku mulai mengikuti perkembangan komunikasi mereka lewat situs itu dan makin menyakitkan sekali apa yg aku baca disana, tak kuasa membendung semua itu akupun mulai mengikuti alur status yang di update sama perempuan itu, setiap apa yang mau mereka lakukan pasti ditulis disitus itu dan membuat aku gampang untuk mengetahui apakah mereka masih berhubungan atau tidak.

Anehnya.., setiap aku bercerita tentang hubungan gelapnya dengan wanita itu suami ku itu selalu berkilah dan bahkan sering menjelek-jelekan wanita itu kepadaku dan membuat aku tak percaya kalau dia menjalin hubungan dengan wanita itu. Kadang aku jadi ragu, bener gak ya suamiku ada hubungan dengan wanita itu”  bisikan itu yg selalu terngiyang-ngiyang ditelingaku saat suamiku tak berada disampingku.

Aku melihat photo profilnya mesra banget dengan suamiku. Dan status relationshipnya terhubung ke suamiku, aku juga melihat pesan-peesan mesra dari suamiku, mereka saling berbalas pesan di wall nya. Aku sedih bercampur marah. Semua campur aduk. Bathin dan emosiku mulai bergejolak untuk membuktikan semua itu.
Aku berusaha menutupinya dari suamiku, aku masih ingin bukti yang lain, agar aku tak lagi dibilang mengada-ada, dan selama masa pencarianku.. aku berusaha tetap tenang, meski itu sulit bagiku, sangat teramat sulit mengatur emosiku, dadaku terasa sesak, aku dikhianati.. aku merasa tak dihargai.. aku dibohongi.

Setiap hari aku memantau twitter mereka.. dan tetap sama dengan hari-hari kemarinnya, malah mereka semakin mesra.



Kamis, 11 Agustus 2011

Sa’at Dia tak memilihku


        
Jam sudah penunjukkan pukul 12 siang, matahari bersinar sangat terik siang itu. Hujan telah lama tak membasahi bumi tempat kelahiran  Tuanku Imam Bonjol seorang pahlawan kebangaan penduduk Sumatera Barat itu, sehingga debu beterbangan kian kemari, sesekali melesat masuk kerongga mata yang tak pelak akan membuat si empunya mata akan merasa perih.

Indah mempercepat langkahnya, yang ada difikirannya sa’at ini adalah segera sampai di kantor tempat dia bekerja, kebetulan hari ini dia masuk agak telat karena malam tadi pukul 9 WIB neneknya meninggal, jadi dia harus masuk kerja setelah acara pemakaman selesai.
“Aduh.. panas nya…” Indah membatin , seraya mengayunkan secarik kertas ke wajahnya sehingga membuat jilbab hitam yang ia kenakan menari kian kemari. Langkahnya terhenti tatkala sebuah angkutan umum berhenti disampingnya, diapun lalu menaiki angkutan umum berwarna hijau tua itu. Rasa lelah dan gerah sedikit berkurang karena angkot melaju dengan cepat sehingga angin menyeruak masuk dan ikut nongkrong di dalam angkot . Didalam angkot itu tak hanya dia sendiri ,ada beberapa anak sekolahan dan ibuk-ibuk yang sepertinya juga habis dari kantor dan sekolahnya masing-masing. Semua larut dalam fikiran masing-masing. Kali aja mereka  mikirin menu buka puasa untuk kelurga di rumah,bisik Indah dalam hatinya,  kebetulan hari ini adalah hari ke empat puasa Ramadhan.

“Stop di depan ya Pak….” seru Indah, diapun turun dengan tak lupa membayar sewa dan ucapan terima kasih kepada pak Sopir karena dia telah sampai di depan kantornya dengan selamat, dan tentunya atas izin Allah jua.

Setelah selesai membereskan ruang kerjanya,Indah kembali berkutat dengan perkejaan nya, komputerpun dinyalakan. Diawali dengan menyelesaikan semua laporan keuangan  karena akan segera di kirim ke pimpinan yang sekarang sedang berada di luar kota.
Setelah semua selesai, untuk mengisi waktu luangnya, Indah membuka Yahoo massanger, niat hatinya untuk menyapa sang kakak yang sedang sibuk bekerja di kantornya, di pulau seberang. Meskipun tak pernah bertatap muka, tapi bagi Indah itu lebih dari cukup, karena baginya untuk menjadi saudara itu tak selalu harus dengan orang yang berada disekitar atau harus selalu dengan  orang yang dekat dengn kita atau sedarah, Karena  menurutnya umat muslim itu bersaudara.

“ Assalamu’alaikum wr wb kak…udah sholat dzuhur blum, selamat beraktifitas” sapa indah singkat, karena dia tau, jam segini pasti kakanya udah sholat. Karena waktu daerah mereka berbeda 1 jam.”
“ Wa’alaikumsalam wr wb.. alhamdulillah sudah Dik, kok baru nongol jam segini..?” tanya sang kakak.
“ ia kak..habis dari makam.. nenek meninggal” jawab Indah singkat”.
“ Innalillahi wa Inna Ilaihi Roji’un.” balas sang kakak dari seberang sana.


Sa’at mereka tengah asik bercerita, tiba-tiba masuk sebuah email  dari salah seorang teman Indah, isi emailnya tentang undangan pernikahan temannya itu. Di sana terpampang jelas sebuah gambar undangan pernikahan lengkap dengan foto prawedding sang teman, Indah sedikit terkesima melihat foto sang mempelai laki-laki. Indah kaget bercampur haru. Ternyata si lelaki adalah seseorang yang selama ini Indah sukai, meski itu dalam diam.


Meskipun mereka pernah dekat, tapi itu hanya sebatas teman biasa, dan Indahpun tak pernah punya nyali untuk mengutarakan isi hatinya,kecuali pada diary yang senantiasa setia mendengar setiap curhatan Indah. Paling-paling indah hanya menuangkan dalam sebuah puisi.
Di penghujung senja..
Duduk termenung seorang diri…
Galau tak menentu..
Resah tak karuan..

 Sedih..tapi tak tau sebabnya apa
Ku hanya tau…rasa itu mulai menggerogotiku lagi....
Dia mulai menghantui hatiku lagi..
Rasa takut kehilangan…
Rasa cemburu yang membuat dada sesak..
Rasa rindu pada sosok yang masih belum halal bagiku

Kemana harus kumengadu…?
Ke langit biru…? Dia malah menertawakanku..seraya berkata “ salahmu wahai temanku…karna kau tak sabar menyinsing waktu”..
            
Akupun tertunduk….dan berkata..” kau benar”..

Akupun mengeluh pada angin yang menderu....
Dan dia berucap “bukankah kau tau teman…bermain hati akan mengotori hatimu sendiri…?”

Benar pula apa yang kau kata wahai angin…tapi…
Belum selesai aku membalas kata’nya…
Matahari yang siap masuk ke peraduannya menyela
“ Temanku sayang….lupa kah kau bahwa Allah akan Menguji kamu pada hal yang cenderung sangat kamu cintai dan sayangi…Allah akan menilai Imanmu disana…dank au juga perlu ingat bahwa nafsu dan syetan juga selalu mengintai ….”
 Aku Terperangah mendengar kata’ nya….lidahku kelu..ingin ku ucapkan beribu kata  untuk memenangkn hati dan perasaanku…tapi sia’..aku tak mampu
Ya Allah…Aku harus gimna…agar hatiku kembali tentram…agar hilang sesak didada…
  Aku Kembali Tertunduk….
     Dari kejauhan aku medengar suara halus yang selama ini  setia mengingatkanku,,,dia berucap

..” Wahai kekasihku…Sabar….Lupakahkau akan tujuan Hidup yang sesungguhnya…? Lupakah kau akan inginmu…inginku…Lupakah kau…Hakikat Cinta yang sesungguhnya..? apa perlu ku ingatkan kembali bahwa Cinta yang Sesungguhnya itu hanya untuk Allah..? tak rindukahkau menjadi salah seorang Hamba yang selalu dirindukan Allah.. menjadi hamba yang disayangi malaikat’ dan Rosulnya..?
aku tau tak mudah tuk mencapai itu semua…akan banyak rintangan yang harus kau lalui..dan itu PASTI…!
Aku mengerti perasaanmu…aku tau apa yang kau rasa..kau cemburu..? takut akan kehilangan…? Sadarkah kau wahai temanku….Sosok itu belum halal bagimu..atau mungkin takkan pernah menjadi milikmu..! janganlah kau siksa batin dan fikiranmu..tak Ibakah….?  Sabarlah hingga waktu yang tlah ditentukan...."   

Ahh….Nuraniku…trimaksih tlah mengingatkanku selalu…


Indah merasakan ada tetesan bening jatuh dipipinya yang agak tirus, Karena beberapa hari ini dia memang kurang istrahat disebabkan harus lembur setiap malamnya.
Sedih dan bahagia bercampur jadi satu.

Bahagia karena sahabatnya Intan mendapatkan suami yang sholeh, seorang lelaki yang dia tau latar belakangnya. Laki-laki yang  baik dan bertanggung jawab, yang juga telah mengisi relung hatinya selama ini.
Nama yang sering mengisi dalam sholat malam nya, dan ternyata Allah telah menjawab doa’-do’anya.. bahwa si pangeran memanglah bukan untuk dirinya, Akan  tetapi untuk sahabat  yang sangat dia sayangi, seorang sahabat yang  telah ikut andil sehingga dia  dengan sepenuh hati menggunakan kerudung hingga sa;at ini.
Dan Indah mengerti mencintai tak mesti  menikahi. Akan tetapi menikahi haruslah mencintai yang dinikahi, sesusah apapun itu.

Dia teringat suatu firman Allah Surah An-Nur ayat  26.      
”Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji dan laki-laki yang keji adalah untuk wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka ampunan dan rizki yang mulia (surga).”


Sebuah senyum kecil kembali mengembang di bibirnya, dia menghela nafas panjang dan kembali mengumpulkan puing-puing tenaga yang sempat tercecer karena menerima surat undangan itu. Dan dengan segenap kesabaran dan pengharapan kepada sang Maha Pemilik hati, dia hanya berharap agar Allah mempertemukan dia dengan seseorang yang telah di takdirkan Allah untuk dirinya. Tak lagi mau mendikte Allah.

Karena Boleh jadi yang kita pandang baik untuk kita sebenarnya belum baik dimata Allah
Bahwa pilihan Allah lah yang pasti terjadi dan tidak pernah salah.


Selamat Menempuh Hidup Baru wahai Sahabatku…