Sabtu, 01 Oktober 2011

Tunda Duniamu, Segerakan Akhiratmu

Oleh: Abi Sabila

“Yah, aku boleh nanya nda?” tanya seorang anak pada ayahnya. Saat itu mereka baru saja sholat Ashar di mushola salah satu tempat wisata.

Sang Ayah tersenyum. Ada yang tak biasa dengan putrinya. “Kamu itu lho! Beli jajan nda pakai ijin Ayah dulu, giliran nanya pakai minta ijin segala. Mau tanya apa?”

“Tapi Ayah janji, nda boleh marah ya?” sang bocah berusaha mensejajarkan langkahnya.

“Insha Allah. Ayo, mau tanya apa?”

“Ayah kalau nolong orang suka pilih-pilih, ya?” tanya sang anak, ragu-ragu.

Sang ayah menghentikan langkahnya, terkejut. “Maksudnya?”

“Iya, suka mbeda-bedain!” jawab sang anak santai. “Buktinya tadi waktu ada ibu-ibu mau pinjam mukena, Ayah nyuruh aku sholat dulu, baru meminjamkan mukenaku.

“Oh, itu!”

“Tadi siang, waktu aku antri di kamar mandi, Ayah minta aku ngalah, memberikan antrianku pada mbak-mbak yang pakai baju biru. Mentang-mentang dia lebih muda dan cantik ya, Yah?”

“Astaghfirulloh! Bukan begitu, anakku!”

“Lalu?”

“Begini. Ayah menyuruhmu mengalah saat antri di depan kamar mandi karena Ayah melihat orang itu sudah sangat kepayahan menahan sakit perutnya. Ayah tidak memperhatikan usia ataupun wajahnya, tapi Ayah bisa merasakan kecemasannya. Sejak datang, ia sudah memegangi perutnya. Ayah khawatir, jika kamu tidak memberikan antrianmu, dia tak bisa lagi menahan. Kalau itu sampai terjadi, apa kamu tega? Sementara kamu masih bisa menahan untuk berkemih.”


“Ibu-ibu yang di mushola? Apa tidak lebih baik jika aku meminjamkan mukena padanya dulu. Pahalaku kan jadi berlipat ganda!”

“Anakku, jika aku menyuruhmu sholat dulu baru meminjamkan mukenamu, sungguh bukan karena yang meminjam adalah seorang ibu-ibu. Bukan! Bukan itu. Ketahuilah, anakku. Sama-sama menolong, tapi untuk urusan dunia berbeda dengan urusan akhirat, atau ibadah. Untuk urusan dunia, kita dianjurkan mengutamakan kepentingan orang lain, kepentingan umum bahkan di atas kepentingan pribadi. Tapi untuk urusan ibadah, jika tidak bisa dilakukan bersama-sama, karena tidak membawa mukena seperti yang terjadi pada ibu tadi misalnya, tunaikan kewajiban sendiri dulu, baru orang lain.”


“Kok, begitu?”

“Begini, seumpama kamu diberi pilihan, siapakah yang akan memasuki pintu Surga pertama kali, apakah kamu akan memberikan kesempatan itu pada orang lain?”

“Tidak! Aku dulu.”



“Nah, begitulah gambarannya. Ini bukan akal-akalan Ayah, ini yang Rosululloh contohkan. Untuk urusan ibadah, jika tidak bisa bersama-sama, kita utamakan diri sendiri dulu. Bukan egois, bukan pula tidak peduli dengan orang lain, tapi agar kita selalu bersegera melakukan kebaikan ( ibadah ). Bisa dimengerti?




Sang anak hanya mengangguk.

“Masih menuduh Ayah pilih-pilih?”

Sang anak hanya menggeleng, tersipu malu.

“Untuk urusan dunia, kau boleh menunda keperluanmu, tapi untuk urusan ibadah, jangan tunda waktumu!”

Hanya Karena Kita Tidak Mengetahui Rencana Allah

Oleh M .jono AG

Genap sudah usia perkawinan kami menjadi 15 tahun pada tahun ini . Sebuah perjalanan yang panjang dan penuh liku – liku dalam menapakinya. Dulu pada awal pernikahan sebagaimana do'a kebanyakan pengantin baru , kami mohon kepada Allah agar menjadikan kami keluarga Sakinah , Mawaddah wa Rahmah . 


Sebuah do'a yang pendek tapi mempunyai dimensi yang sangat luas bukan hanya dimensi dunia tetapi tujuan akhirnya juga dimensi akhirat , Insya Allah. Dan tak lupa pula kami selalu berdo'a agar Allah memberikan keturunan yang sholeh / sholihah , yang senantiasa dekat kepada Allah , selalu mendapat ridho Allah , berbakti untuk Allah , Rasullullah dan kami kedua orang tuanya.


Istriku , memang sampai saat ini Allah belum mengkaruniakan keturunan kepada kita. Tapi mari kita renungkan perjalanan hidup kita . Pada saat awal kita berumah tangga , Allah telah menitipkan amanah kepada kita untuk membantu orang tua kita mendidik salah satu adikku yang menurut banyak orang agak nakal .

Itulah ujian sekaligus pesantren kita yang pertama . Pada saat usia kita yang masih semuda dan baru belajar berumah tangga itu harus sudah belajar membina adikku yang saat ini baru lulus SMA . Tidak ada yang salah dalam hal ini ,orang tua kita tidak salah karena memang beban beliau berdua dengan 7 anak tentu sangat berat . Beban itu akan sedikit lebih ringan kalau anak tertuanya bisa membantu mendidik adik – adiknya. Dan kebetulan anak tertua itu adalah saya. Alhamdulillah kita bisa melalui ujian tersebut dengan baik.

Setahun enam bulan kita belajar mengurus adik yang akhirnya bisa berfikir dewasa juga. Akhirnya karena tugas kita pindah dari Tarakan ke Tanjung redeb yang saat itu transportasinya masih susah.Setelah adikku bisa mandiri kembali Allah memasukkan kita ke pesantren-Nya dengan dititipkannya adikmu yang baru lulus SMA kepada kita . Sama persis , kondisi kedua orang tua kita , pas-pasan dengan anak yang cukup banyak .
Itulah takdir .Tak terasa tahun ke dua sudah kita lewati. Kadang memang terasa sepi keluarga kita .Masih terngiang di telingaku pada suatu saat ada temanku yang ngomong “ orang kok nggak punya anak , terus kalau sudah tua siapa yang akan ngurus ?''. Pertanyaan yang tidak dapat terjawab olehmu . Aku sangat yakin sebenarnya engkau bisa menjawab dengan bijak . Sungguh aku tahu persis kualitasmu.


Akhirnya aku yang coba jawab '' Itu urusan Allah , Allah lah yang berhak memberikan ataupun tidak memberikan.'' . Kalau soal pada masa tua akupun menjelaskan :'' jangankan kok nanti pada saat tua , sedetk , semenit , sehari ataupun beberapa hari kedepan kita pun tidak tahu takdir kita, karena itu rahasia Allah.
Sangat banyak mereka yang punya anak banyak pada saat tuanya justru di buat susah oleh anak- anaknya.Belum mati juga hartanya sudah dipakai rebutan .Jadi semua bukan jaminan , yang bisa kita jadikan jaminan hanya ketaqwaan kita kepada Allah'' . Engkaupun kulihat tegar kembali, yach itulah hidup …..
Banyak orang berpikir bahwa orang yang belum di karuniai keturunan biasanya kurang sabar . Betul saja , salah satu tetanggaku juga bilang begitu. Untuk kali ini aku sendiri tidak bisa menjawab karena ukuran kesabaran kita juga hanya Allah yang tahu . Kali ini kita hanya bisa memohon kepada Allah jawabannya.
Benar saja , selang beberapa hari Allah mentakdirkan beberapa anak tetangga kita minta di ajari membaca Al Qur'an . Pada mulanya hanya 3 orang , lama- lama berkembang hingga 50 orang . Sampai rumah dinas yang kita tempati penuh sesak . Masya Allah , untuk kesekian kalinya Allah memasukkan kami ke pesantran-Nya agar kami belajar kesabaran dalam mendidik anak- anak.

Hingga pada suatu pagi saya menghadap kepala kantor saya untuk minta ijin menggunakan salah satu rumah dinas yang kosong untuk bisa di gunakan sebagai TPA. Alhamdulillah diijinkan . Mulai saat itu dibantu oleh adik-adik kita mulai memanfaatkan salah satu rumah dinas itu untuk mengaji.

Salah seorang yang Allah titipkan di TPA kita adalah Rendy . Yah .. Rendy seorang santri yang istimewa. Bapaknya seorang suku Bugis yang notabene Islam sedangkan ibunya Manado , penganut Kristen yang taat. Anak ini di usianya yang baru 6 tahun sudah bisa menjelaskan tentang bedanya Kristen Katolik dan Protestan .
Memang sejak kecil dia selalu di ajak ibunya ke gereja.Tetapi setiap ke gereja itu pula menurut cerita bapaknya dia selalu menangis minta pulang .Akhirnya suatu sore pada saat ayahnya pulang kerja melihat beberapa anak kecil yang mengaji , belaiu tertarik dan malamnya si Rendy kecil di atar kerumah.
Alhamdulillah walaupun masih terbata-bata anak ini begitu bersemangat untuk mengaji.Yang membuat hati kadang- kadang geli adalah setiap mengaji dia selalu membawa ransel kecil yang selalu penuh isinya .Disamping buku Iqra mesti mebawa kue, bahkan pernah membawa pisang satu sisir dan selalu dibagi dengan teman- temannya.

Masih menurut bapaknnya pernah suatu sore dia pulang dan ditanya oleh tetangganya yang satu gereja dengan ibunya '' Ren , ngapain kamu ngaji , di ajarin apa sih disana ?” . Dengan polosnya dia jawab : '' Kalau mau tahu ya kesana saja !” .Sebuah jawaban telak yang mengalir begitu saja.Sejak saat itu bapaknya semakin rajin mengontrol nakanya untuk pergi mengaji . Mudah – mudahan Allah menjadikanmu anak yang sholeh , nak .
Tak terasa kitapun menapaki hari – hari dengan ramai dan riuhnya anak- anak TPA sampai 6.5 tahun.

Sungguh Allah mengisi kesepian hari – hari kita dengan cara-Nya . Masih segar di ingatan kita lucunya si Dewi yang ngotot nggak mau masuk syurga tetapi malah memilih masuk TK karena belum faham , bandelnya si Ari yang nggak mau sekolah umum tetapi rajin ke TPA , si Agus dan Jupri yang senang main sepeda di depan rumah selesai mengaji bahkan sampai malam dan seorang anak suku Toraja yang keluarganya Kristen tetapi setiap sore ikut datang ke tempat mengaji .

Kitapun tidak pernah mengajari anak tersebut mengaji takut terjadi salah faham , karena Islam memang tidak memaksa. Benar saja , suatu saat anak itu di hajar habis – habisan oleh kakaknya karena pergi ke tempat mengajinya orang-orang Islam . Kita hanya bisa kasihan dan mendo'akan saja . Bahkan kita sempat di teror melalui telepon karena di bilang mengajak adiknya masuk Islam .

Masya Allah. Bahkan kita saja tidak tahu dia itu anak siapa dan dimana rumahnya. Dengan sabar saya coba jelaskan kepada keluarganya pada saat telepon sambil marah – marah . Akhirnya karena kepalang tanggung mereka mengancam keluarga kita sekalian aku jawab :''Saya sudah katakan , saya tidak kenal anak itu , setiap di datang saya juga tidak mengajari apapun karena teman-temannya selalu bilang bahwa anak itu kristen .

Tetapi kalau dengan penjelasan saya ini anda masih tidak terima dan main ancam , saya sedikitpun tidak takut , silahkan datang kesini sekarang juga ,” Alhamdulillah nggak terjadi apa- apa di keluarga kita .Mudah- mudahan Allah memberikan hidayah -Nya kepada anak itu kelak.

Keceriaan anak-anak itu tidak lagi dapat kami nikmati karena kami harus hijrah ke Balikpapan .Kita pun selalu ikhtiar dan berdo'a kepada Allah memohon kemurahan Allah agar mengkaruniakan keturunan kepada kita .Kebetulan di tempatku yang lama belum ada dokter spesialis kandungan waktu itu .
Ikhtiar secara medis akhirnya kita lakukan di Balikpapan yang kebetulan ada dokter spesialis kandungan dan peralatannyapun lengkap. Mulai kita jalani pemeriksaan dan terapi setiap beberapa malam sekali sesuai arahan dokter. Belum lagi aturan minum obat yang ketat waktunya yang harus kita ikuti. Tak terasa lebih dari 1 tahun proses itu berlangsung dan Alhamdulillah tidak di ketemukan kelainan dari kita berdua. Dan prosess inipun kita akhiri ketika akan dilakukan lagi operasi dan di larang justru oleh ibuku .

Dengan bijak ibuku berkata : Jangan nak , ibu pernah menjalani itu , sungguh berat perjuangannya , kuatkanlah do'amu kepada Allah , mulailah menabung dan berdo'alah di Baitullah kelak''. Akhirnya kita batalkan rencana operasi itu. Memang kebiasaan kita selalu minta do'a dan ijin orang tua setiap saat .Bahkan sampai sekarangpun , diusia 40 tahun kami tetap minta do'a dan restu bapak ibu kalau kami harus berangkat keluar kota.

Apalagi untuk hal-hal besar seperti itu.Disisi lain Allah kembali mengisi hari -hari kita persis seperti waktu di Tanjung Redeb .Awalnya tiba -tiba beberapa anak datang ke rumah untuk di ajari mengaji , lambat laun semakin banyak .Akhirnya rumah kecil kita tidak cukup lagi untuk menampung anak – anak tersebut. Mulailah dengan kemurahan rizki dari Allah kita tambah ruang tamu untuk menampung anak- anak yang jumlahnya sudah lebih dari 50 .

Toh inipun beberapa bulan kemudian jadi tidak mencukupi lagi karena jumlah santrinya mencapai 90 anak .Masya Allah , sungguh ada ketakutan yang luar biasa di hati kami berdua karena kami tidak punya basic pesantren dan tidak bisa mengaji tetapi Allah mentakdirkan lain.Justru tiap hari jumlah santrinya semakin banyak .

Ya Allah ampuni kelemahan hamba.Karena harus dilakukan 2 shift ( pagi dan sore ) beberapa orang tua santri berinisiatif untuk membuat Musholla di limgkungan kami . Alhamdulillah saat ini di bantu oleh 8 guru jumlah santri TPA sudah mendekati angka 200.Mudah- mudahan mereka kelak menjadi anak yang sholeh dan sholihah .

Istriku , sungguh di saat orang lain menyangka kita kesepian , justru Allah menghilangkan rasa itu dengan cara-Nya. Dan Alhamdulillah keluarga besar kita selalu memompa semangat untuk selalu berprasangka baik kepada Allah , berprasangka baik terhadap takdir Allah . Dan sampai saat ini pun aku tetap yakin Allah akan mengabulkan do'a kita .

Masih sangat segar dalam ingatanku pada saat selesai thowaf sunnah di depan Baitullah , di sesaknya jamaah haji yang jumlahnya jutaan aku melihat kebesaran Allah yang misterinya belum terkuak sampai hari ini. Setelah putaran ke tujuh aku kepingin sholat sunnah di depan pintu Ka'bah , aku tahan niatku untuk sholat sunnah karena di sesaknya jamaah dan posisinya persis di depanku dan di depan pintu Ka'bah aku lihat seorang anak perempuan yng mungkin usianya sekitar 7 tahun .


Bukan karena kecantikannya yang sekilas menurutku berwajah Arab atau Pakistan yang membuatku kagum. Anak ini dengan santai dan khusuknya mengerjakan sholat sunnah seolah tidak ada orang lain di tempat itu.Aku jaga dia sampai mengerjakan sholat sunnah 4 rokaat . Ketika selesai salam dia mempersilahkan aku untuk menempati tempat sholatnya. Subhanallah , mulianya anak ini.Tentu ada yang istimewa dimata Allah.
Sholatnya khusu' , gerakannya betul dan seolah dia sedang sendirian di depan Rabb nya. Bahkan aku sendiri tidak melihat orangtuanya di sekitar anak itu dan aku juga tidak tahu kemana perginya anak itu setelah mempersilahkanku.Mudah- mudahan Allah mengkaruniakan keturunan yang sholeh atau sholihah.

Sampai saat inipun aku tetap yakin bahwa Allah telah memberiku istri yang sholihah.Bahkan beberapa kali teman-temanku di kantor secara guyon sering bertanya :” pak , nggak ada niat untuk jadi nahkoda di kapal yang lain ?''.Atau bahkan ada juga yang secara guyon juga ngomong :'' Jangan kuatir pak , keturunan tidak harus dari istri yang pertama .” Biasanya aku hanya tersenyum .

Karena mereka mungkin merasa kasihan .Sementara aku menganggap itu adalah bagian dari takdir yang harus di terima dengan ikhlas walaupun ikhtiar juga jalan terus. Semua yang berjalan di luar skenario manusia .Termasuk engkau yang di takdirkan jadi istriku. Aku yakin karena sebelum meminangmu aku sholat Istiqarah untuk memohon kebaikan dari pilihanku , kebaikan dunia dan akhirat .

Alhamdulillah Allah menjadikanmu pendampingku. Bisa jadi Allah sedang menguji kesabaran kita , atau mungkin justru Allah ingin menghindarkan kita dari fitnah dunia yang berupa harta dan anak , atau Allah sedang mempersiapkan sesuatu yang kita sendiri tidak pernah membayangkan sesuatu tersebut .
Mungkin juga benar nasehat salah seorang ustadz tantang anak adam yang meninggal terputuslah tiga perkara kecuali amal jariah , ilmu yang bermanfaat dan anak sholeh yang selalu mendo'akan orang tuanya. Saat ini kita masih memilki dua pintu untuk memperolehnya , atau Allah menjadikan murid – muridmu sebagai anak yang do'anya bisa mengantarkan kita ke Ridho – Nya , atau bahkan Allah akan segera menggenapkan ketiga pintu-Nya untuk kita .Wallahu a'lam , semoga.

Yang jelas jangan jadikan ini beban karena sungguh kita tidak pernah tahu rencana Allah dan hikmah dibalik itu semua.

Ibu... Kapan Giliranku...?

 oleh : M. Jono Ag

Pintu kamar itu tertutup. Segala kegundahan dan kejengkelan yang ia dapatkan siang ini ditumpahkan dengan tangis yang terisak. Dengan menutup wajah dengan bantal yang sudah mulai basah oleh air mata Ukhti berusaha tegar. Hatinya teriris, tak tahu harus menyalahkan siapa. Mereka yang ngomong, keadaan ataukah takdir?

Ibundanya yang sejak tadi memperhatikan raut muka Ukhti ketika masuk kamar juga mulai gelisah. Tidak seperti biasanya anak gadisnya yang sekarang berusia 27 tahun itu uring-uringan. Diketuklah pintu kamar itu dengan perlahan, "Nak, buka pintunya, ibu mau masuk!" Mendengar ibunya yang mengetuk pintu, segera Ukhti membukanya setelah sebelumnya berusaha menghapus air mata yang masih meleleh di pipinya.

Ia segera memeluk ibunya. Ia tumpahkan semuanya ke dalam dekapan sang ibu yang memang oleh Allah diberikan sifat menenangkan dan menyejukkan hati anak-anaknya. "Kenapa nak, pulang undangan kok nggak ceria seperti biasanya, khan temanmu itu yang nikah?" Ukhti belum mampu menjawab pertanyaan ibundanya. Tangisnya kembali pecah.

Mengetahui anaknya seperti itu, ibunya membiarkannya sampai tangisnya berhenti. Dirapikannya jilbab anaknya yang tampak kusut. Beberapa saat kemudian Ukhti tampak mulai tenang dipelukan ibundanya. "Ini bu, tadi pada saat ketemu teman-teman di acara pernikahan itu. Sebagian besar teman-temanku sudah berumah tangga ternyata. Bahkan sebagian lagi sudah punya anak. Semua pada nanyain Ukhti kenapa belum nikah ?" Ukhti berusaha tenang dan duduk di pinggir ranjang. Begitu juga ibunya.

"Yang bikin jengkel Ukhti ketika mereka mengatakan kalau nikah diduluin adiknya biasanya susah dapat jodoh katanya, belum lagi yang lain memamerkan anak-anaknya ke dapanku sambil mengatakan kalau Ukhti seharusnya sudah menikah, takutnya kalau kelewat umur akan susah punya anak." Kali ini ibundanya menarik nafas panjang. Kalau mau jujur, bukan bagi Ukhti saja beban itu tertumpu. Tapi juga bagi ibu dan keluarga besarnya.

Setahun yang lalu memang adik Ukhti duluan mengakhiri masa lajang. Melewati dua orang kakaknya. Sebentar lagi kakak Ukhti juga akan segera menikah. Jadilah Ukhti yang di tengah-tengah kelewat. Mungkin bagi beberapa orang tua hal itu sangat menggelisahkan kalau sang kakak diduluin adiknya. Padahal tidak ada syariat yang mengatur kalau pernikahan harus urut sesuai umur.

"Sabar nak, Allah masih belum mempertemukan kamu dengan jodohmu. Nggak masalah siapa yang harus duluan, karena jodoh itu mutlak rahasianya Allah. Kita hanya bisa ikhtiar dan berdo’a saja," ibundanya menasehati. "Nggak usah terlalu dimasukkan hati apa kata orang dan apa kata teman-temanmu, semua orang punya ujian sendiri-sendiri, mungkin saja Allah sedang menguji kesabaranmu untuk kelak dipertemukan dengan jodohmu yang sholeh."

Di masyarakat kita memang sebagian menganggap bahwa pernikahan yang baik adalah kalau orang tua bisa menikahkan anak-anaknya urut sesuai umur. Sehingga kalau harus melangkahi sang kakak akan menjadi beban psikologis tersendiri bagi sang kakak yang dilewati maupun keluarganya. Akan jadi lebih berat kalau sang orang tua juga meyakini hal itu. Tentu beban berat akan disandang oleh sang kakak.

Kalau kita fikir dengan hati yang jernih harusnya kita malu dengan aturan atau kebiasaan seperti itu. Tidakkah kita ingat bahwa jodoh, lahir, maut itu sudah ada catatan yang lengkap di Lauhil Mahfudz? Apapun usaha kita tetap saja takdir Allah yang akan terjadi. Kita hanya wajib berusaha dan berdo’a, selebihnya serahkan hasilnya kepada Yang Menggenggam Takdir. Karena tanggal perkawinan, siapa jodoh kita, kapan rizki turun kepada kita dan kapan malaikat maut mendatangi kita adalah hak-Nya.

Belum lagi mitos di masyarakat kita yang mengatakan kalau sudah umur 30 bagi perempuan akan seret jodohnya, akan sulit punya anak atau bila perlu harus dibawa ke dukun untuk dibuka tabir jodohnya. Naudzubillah min dzalik.

Bahkan di beberapa daerah sampai ada yang harus menaruh foto di pohon yang tinggi atau fotonya ditaruh di laut agar jodohnya segera nyangkut. Masya Allah.

Percayalah pada saat kita datang ke dukun untuk minta bantuan agar jodoh kita segera dibuka, pertama kali yang akan ditanyakan pasti: apakah dulu sudah ada yang pernah hendak melamar, atau pernah ada yang naksir tapi tidak diterima atau bahkan siapa mantan pacarnya dulu. Dan begitu kita jawab ada, pasti syetan yang membisiki si dukun akan menjadikan orang yang kita sebut sebagai target atau orang yang harus dicurigai. Itulah akal-akalan syetan. Bahkan kadang-kadang sampai berani mengatakan bahwa jodohnya ditahan sama mantannya. Begitu kita percaya maka prasangka yang macam-macam akan bergelayut di otak kita. Yakin yang akan kita curigai bukan seorang semata, pasti termasuk keluarga besarnya. Begitulah memang cara keji syetan menggelincirkan kita.

Dari situ biasanya sang dukun juga memberikan "resep balasannya", sehingga tanpa sadar akan terjadi saling curiga dan bermusuhan. Padahal sebenarnya syetan pun tidak akan tahu siapa dan kapan jodoh kita akan datang, karena itu adalah hal ghaib yang tak mungkin mereka mengetahuinya. Karena kalau syetan tahu takdir manusia tentu akan dibocorkannya kepada manusia agar bisa terlepas dari takdir yang mungkin tidak baik baginya.

Akan berbeda keadaannya kalau sang kakak yang dilewati mapun keluarga besarnya menganggap pernikahan yang harus tidak urut sebagai sesuatu yang biasa saja, sesuai kehendak Allah SWT. Kalaupun kalau salah satu dari anak atau saudara kita yang harus di duluin adiknya seharusnya tetap saja kita harus ber-khusnudhon kepada Allah. Karena ujian dari Allah terhadap umatnya pasti berbeda-beda. Semakin tinggi tingkat kedekatan dan ketaqwaan seseorang kepada Allah pasti ujiannya akan semakin berat. Tentu para nabi dan Rasul yang akan menerima ujian paling berat. Beda dengan ujian yang biasa dilakukan oleh manusia. Pada saat UN tingkat SMA tentu soalnya akan sama di setiap sekolah dan bagi semua peserta ujiannya. Kalau Allah menguji kita pasti dengan "keunikan cara"-Nya. Dan tidak akan sama ujian satu orang dengan yang lainnya. Subhanallah.

Jadi sangat tidak layak kalau kita membandingkan ujian orang lain dengan diri kita karena memang beda. Bisa jadi Allah menunda jodoh seseorang karena itu demi kebaikannya, atau Allah sedang mempersiapkan dia untuk kelak dipertemukan dengan imam keluarga yang sholeh dan bisa membawa keluarganya ke dalam ridho-Nya.

Atau bahkan kita yang justru diberi Allah kemudahan ketemu jodoh, memiliki anak yang lucu-lucu dan tanpa kita sadari kelak justru akan jadi ujian yang berat bagi kita. Wallahu a’lam. Yang jelas kita harus yakin apa yang dijanjikan Allah dalam Qur’an surat An-Nuur ayat 26, "Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka ampunan dan rezeki yang mulia (surga)."

Maka bersabarlah dan ridholah terhadap semua ketentuan / takdir Allah bagi kita. Karena Allah-lah yang jauh lebih tahu kebutuhan kita dari pada kita sendiri. Dan jangan lupa kesabaran sesorang akan mengangkat derajat manusia di hadapan Allah, dan kalau kita sudah dimuliakan Allah semua makhluk juga akan memuliakan kita. Dan bisa jadi Allah menjadikan waktu penantian itu sebagai ladang amal bagi kita kalau kita ikhlas menerimanya. Wallahu a’lam.

 

Mutiara Di Pinggir Kali

Oleh M .jono AG

Senyum yang selalu mengembang ditambah pelukan hangat terasa menjalar di seluruh tubuhku setelah beliau menjawab salamku. Aku merasakan seperti pelukan seorang ayah terhadap anaknya , walaupun usia ayahku mungkin 10 atau 15 tahun lebih tua dari beliau .Aku sengaja ‘’sowan’’ ke beliau setelah usai jamaah Magrib , karena biasanya jam – jam segitu belaiu mempunyai waktu yang sedikit longgar.

Alasan kedua kenapa aku memilih ba’da Magrib adalah kebiasaan beliau menerima tamu setelah jamaah pasti di lakukan di musholla yang terletak persis hanya sekitar 10 meter dari bibir bengawan Solo yang secara geografis membelah Jawa Tengah dan Jawa Timur persis di Cepu.Jembatan yang membentang menjadi garis demarkasi perbatasan kedua wilayah propinsi tersebut sehingga disana sering jadi anekdot kalau bepergian antar kota antar propinsi cukup jalan kaki dijembatan tersebut.

Musholla itu tidak terlalu besar , sekitar 4x6 m dan terdapat pintu yang langsung nyambung dengan rumah beliau yang persis di belakangnya sehingga kalau selepas ustadz Syai’in memimpin sholat berjamaah bisa langsung menemui tamu yang hendak bertemu beliau .

Obrolan kami diawali dengan menanyakan kabar masing – masing karena hanya waktu cutilah kami bisa bertemu .Obrolan ringan itu semakin menarik ketika aku menanyakan bagaimana perkembangan jamaah selama ramadhan yang baru berlalu kemarin.Aku melihat wajah beliau kelihatan sumringah . Akupun menikmati suasana ini , berarti Allah telah menurunkan sesuatu pada beliau yang memang sedari dulu berdakwah untuk mengembangkan syiar Islam di sekitar tempat tinggalnya.

Setelah mempersilahkan kami minum , beliau bercerita kalau ramadhan kali ini Allah ‘’ menitipkan ‘’ beberapa jamaah baru yang sebelumnya maaf mereka adalah pemuda yang hoby mabuk-mabukan . Allah telah membuka hati mereka lewat keluhuran akhlaq ustad z Syai’in walaupun belaiu sendiri tidak senang di panggil ustadz .Beliau lebih senang dipanggil pak Syai’in saja katanya agar lebih akrab.

Aku berusaha mengorek lebih dalam kiat beliau menarik mereka menjadi jamaah di musholla kecilnya . Karena dulu memang terdapat kondisi yang sangat kontras antar dua kampung di sekitar tempat tinggal beliau.Satu kampung dengan tingkat religius yang tinggi sedang satu kampung yang satunya justru banyak yang jauh dari agama dan banyak pemudanya yang hoby mabuk-mabukan.

Naluri dakwah beliau yang selalu bergelora , menggelitik hatinya untuk merangkul mereka. Beliau mulai melihat dimana para pemuda itu ngumpul , jam berapa ngumpulnya dan berapa orang anggotanya.Setelah beliau tahu persis jadwal mereka mulailah strategi itu dimainkan.Kebiasaan beliau yang selalu santun terhadap siapapun menjadi modal yang sangat berguna baginya.

Kebetulan beberapa hari awal Ramadhan ustadz Syai’in beberapa kali diundang tetangga dan jamaahnya yang tasyakuran . Beberapa kali juga oleh – oleh dari tuan rumah tidak dibawanya pulang melainkan diantar ke tempat mereka walaupun sore itu belum waktunya buka puasa. Justru menjadi alasan yang tepat untuk mengingatkan mereka yang justru mabuk-mabukan di gardu ronda pada saat yang lain berpuasa .Seolah tidak tahu latar belakang mereka pak Syai’in dengan santainya mengantarkan makanan itu ke mereka : ‘’ Ini mas untuk buka puasa nanti sore .’’

Yang menerima dengan gugup bercampur kaget berusaha berdiri tegak walaupun ternyata masih kelihatan sempoyongan karena yang datang kali ini adalah tokoh yang dihormati warga di sekitar kampung itu. Tidak juga memarahi mereka tapi justru memberi makanan oleh-oleh tasyakuran beberapa bungkus , cukup untuk mereka berlima.Mungkin karena masih sedikit punya kesadaran , beberapa botol minuman keras itu berusaha disembunyikan dibawah bangku . Pak Syai’in hanya tersenyum lihat tingkah mereka.

Suatu saat ketika pak Syai’in hendak berangkat mengajar dan lewat di gardu ronda itu tanpa sengaja melihat salah seorang dari mereka sedang memotong rambut temannya.Seperti biasa disamping membunyikan klakson motor tua yang beliau kendarai , pak Syai’in mengucapkan salam kepada mereka . Lama kelamaan mereka menjadi terbiasa dan tidak asing lagi dengan pak Syai’in.

Kesempatan terbuka luas , selang beberapa hari kemudian kebetulan rambut beliau mulai panjang maka tidak di sia-siakan kesempatan yang Allah bukakan untuknya. Dengan PD beliau datangi mereka untuk minta potong rambut.Awalnya mereka kikuk menerima tawaran itu , tetapi setelah beliau menjelaskan bahwa tukang cukur langganan beliau sedang keluar kota akhirnya mereka mau . Tapi aneh mereka takut kalau harus memegang kepala beliau . Mereka beralasan nggak pantas memegang kepala tokoh yang dihormati masyarakat di sekitar situ , takut kualat katanya.

Dengan santai pak Syai’in menjelaskan bahwa derajat mereka sama saja di depan Allah , tidak ada beda antara yang dipanggil ustadz maupun mereka yang memungut sampah dijalanan. Semua punya porsi masing – masing di kehidupan ini. ‘’Ya beda pak antara kami dengan bapak , kami kerjaannya nongkrong , minum dan tanpa tujuan hidup yang jelas sedangkan bapak sangat dekat dengan agama .’’ kata mereka. Pak Syai’in tersenyum dalam hati , berarti sebenarnya mereka juga tahu mana yang baik dan mana yang buruk .

‘’ Lha ayo mas , coba-coba datang ke musholla , wong musholla itu dulu juga bikinan orang tua kalian ‘’ imbuh pak Syaiin dengan penuh kebapakan . ‘’ Malu pak , mana ada yang mau terima kita macam begini ?’’ jawab mereka kompak. ‘’ Lho malu sama siapa mas ?’’ pak Syai’in kembali bertanya. ‘’Malu pada orang –orang pak , sudah terlanjur ‘’ jawab salah satu dari mereka . Pak Syai’in berdiri setelah salah seorang yang mencukur tadi mengisyaratkan kepada beliau bahwa telah selesai potong rambutnya .

Pak Syaiin tidak langsung pulang . Beliau berdiri dan memegang pundak salah satu dari mereka.’’Mas ,itulah kita manusia , kita sering malu untuk berbuat baik tapi tidak malu kalau maksiat kepada Allah , termasuk diri saya ‘’jelasnya. Seketika mereka berempat tertunduk , tidak bisa ngomong apa – apa lagi.Hati kecil mereka mengakui apa yang disampaikan beliau benar , cuman butuh keberanian untuk berubah.

Satu dua kali belum berhasil membawa mereka untuk ke musholla tidak membuat pak Syai’in menyerah. Dia yakin tentang kisah kesabaran Rasulullah SAW yang setiap hari menyuapkan makanan kepada seorang Yahudi buta yang sangat membenci nabi. Hingga suatu saat ketika baginda nabi wafat peran itu diteruskan oleh sahabat Abu bakar RA .Namun si Yahudi walaupun buta tapi tahu kalau saat ini yang menyuapinya bukan orang sebelumnya. Ketika dia tahu yang biasa menyuapinya adalah Muhammad yang sangat dia benci selama ini keadaan berubah 180 derajat .Hidayah Allah menuntunnya ke jalan Islam.

Demikian juga pak Syai’in , menjelang 10 hari terakhir Ramadhan rupanya Allah memberi jalan dan kemudahan. Pada saat pulang terlalu malam karena kendaraannya bermasalah , justru tawaran datang dari salah seorang mereka yang kebetulan membawa motor .Pak Syai’in sebenarnya agak ragu karena dari mulutnya masih bau alkohol. Tapi keyakinan yang kuat kepada Allah mengalahkan semuanya. Tawaran itu dimanfaatkan untuk mengantar langkah kaki mereka ke musholla . Sampai di musholla pak Syai’in menyuguhkan satu gelas air mineral kepadanya .

Dialog singkat terjadi .Setelah pak Syai’in menyampaikan rasa terima kasihnya sekali lagi beliau mengajak mereka untuk sama-sama sholat tarawih besuk malamnya .Dan 10 hari terakhir dimusholla yang asri di pinggir sungai bengawan solo itu bertambah jumlah makmumnya.Merekalah penyambut hidayah itu….. Subhanallah walhamdulillah.

Selasa, 27 September 2011

Hatiku di Persimpangan


Diluar hujan turun kian deras. Sesekali suara petir menyeruak memecah keheningan malam, suara nyanyian jangkrik tak lagi indah ku dengar, seakan suara itu bagaikan nyanyiaan kematian.

Jam sudah menunjukkan pukul  02.00 dini hari, akan tetapi , mataku masih belum bisa terpejam.

Air mata  seakan tiada henti membasahi pipiku, dadaku kian sesak, ingin rasanya teriak, kenapa harus seperti ini.

 “Adinda, ma’afkan kakak, kakak memang sangat mencintaimu, kakak sangat menyayangimu, akan tetapi, engkau telah dipinang oleh saudara seimanku, haram hukumnya  untuk merebutmu dari tangannya” suara datar itu menggetarkan hatiku dari ujung telepon.


“ Omong kosong..! kakak bohong..!, kalau memang kakak sayang sama Dinda, kenapa kakak nggak berani minta aku ke ayah, minta ke ayah untuk membatalkan pernikahan itu dan bilang ke ayah kalau kakak yang akan menikahiku” kataku serak menahan rasa jengkel 

 “Istigfar Dinda..! ingat, waktu kamu hanya tinggal 1 bulan lagi, kakak nggak mungkin meminangmu, dosa Dinda….! Coba kamu renungkan hadist Rosulullah Saw yang dulu pernah kakak kasih lihat kekamu, kamu tentu masih ingatkan..?”selanya lagi, agar fikiranku kembali jernih

Dengan tubuh yang lunglai aku berusaha mengingat  sabda  Rasulullah  sallallahu  ‘alaihi  wa sallam: “Janganlah seorang laki-laki meminang wanita yang  telah  dipinang  saudaranya  hingga  dia  menikah atau  telah  meninggalkannya”  (HR.  Bukhari  dan Nasa’i).  


Kata-kata kak Ronie di telepon tadi pagi masih terngiang ditelingaku. Aku menyesal dulu telah meninggalkannya, dan lebih memilih Randy.
Meskipun Randy  jauh lebih mapan dibanding kak Ronie yang sampai sa’at ini masih luntang lantung, akan tetapi hatiku kian terpaut padanya, aku merasakan kasih sayang yang diberikan kak Ronie sangat berbeda.
Ah…! Ada apa denganku Ya Allah….kenapa semakin dekat hari pernikahan kami, hatiku kian goyah, aku ingi sekali rasanya untuk pergi meninggalkan Randy, aku seakan menyesal menerima pinangannya. Apa yang harus aku lakukan.

Aku dan kak Ronie telah berteman sejak lama, meski usia kami terpaut sangat jauh, justru itu yang membuatku nyaman dekat dengannya. Setiap kali ada  masalah yang aku sulit pecahkan sendiri, kak Ronie selalu datang bagai malaikat penolong, aku semakin sering curhat padanya, tak terkecuali tentang permasalahanku dengan Randy.

Sampai suatu sa’at Randy meninggalkanku, dan itu tanpa alasan yang jelas, aku merasakan semuanya hancur sa’at itu, aku kehilangan gairah hidupku, dan kak Ronie lah yang selalu setia menghiburku, meski kadang gurauannya tak mampu mengusir pedihku, namun, dia tak pernah bosan membuatku untuk ceria lagi seperti dulu, dia tak pernah bosan mengingatkanku untuk tidak meningglkan kewajibanku terhadap Tuhanku, dia seperti tak kehilangan akal untuk membangkitkan kembali semangat hidupku yang seakan-akan telah mati.
Perlahan hatiku mulai bergantung padanya, aku akan merasa ada yang kurang jika sehari saja dia tak memberi kabar, meski itu hanya sebatas sms. Kian hari kami kian dekat, dan aku tak tau perasaan apa itu, apakah aku mulai menyayangi dia…? Entahlah, yang aku tau aku merasa nyaman , dan sosok Randy mulai samar dihatiku. 

Hingga suatu hari kak Ronie menyatakan isi hatinya kalau dia ternyata sudah lama menyimpan rasa untukku. Aku senang bercampur ragu. Aku tak tau harus memberi jawaban apa padanya, karena aku masih belum tau perasaan yang ku miliki, cintakah atau hanya sekedar rasa kagum, hingga beberapa kali dia meminta jawaban dariku, aku masih terus mengulurnya, tetapi aku juga tak mau dia pergi begitu saja, aku juga tak rela jika akhirnya dia memilih wanita lain. Ah....egoisnya aku.

Setahun berlalu, ternyata kak Ronie masih menunggu jawaban dariku. Tapi tetap saja, jawabanku masih samar, karena jujur, dalam lubuk hatiku paling dalam, aku masih menunggu Randy, aku masih mengharapkan kehadiran Randy.

Dan ternyata Allah menjawah do’a-do’aku. Sebulan kemudian entah angin apa yang membawa Randy datang menemuiku lagi, aku bahagia sekali, aku seakan lupa rasa sakit yang pernah ditorehkan Randy dihatiku. Dan hey…Randy ternyata datang untuk memintaku lagi, dia mengatakan kalau dia menyesal meninggalkanku, dan dia ingin menikah denganku, dan tentu saja aku bahagia, itu impianku sedari dulu.


Tapi……………


Bagaimana dengan kak Ronie..?  bagaimana dengan malaikatku..?


Ternyata kak Ronie sudah mengetahui semuanya, dia tau kalau Randy telah kembali, dan itu artinya, harapannya kian pudar untuk mendapatkan jawaban pasti dariku.

Dia seolah mengerti apa yang aku rasa, hingga perlahan dia mulai mundur, meski itu tak  terlihat jelas, akan tetapi aku bisa melihat dari sikpanya, meski  terkadang dia masih memberi kabar padaku. Walau hangan dengan sms singkat.

Tapi aku…? Aku seakan lupa padanya, aku kembali asyik dengan Randy. Hari-hariku kembali dihiasi dengan bayangan Randy.

Hingga suatu malam Randy datang dengan kedua orang tuanya untuk meminangku. Entah kenapa aku langsung mengiayankan, tanpa berfikir lebih dahulu.

Sa’at aku menyampaikan kabar itu pada kak Ronie, dia tersenyum, meski aku bisa melihat raut kecewa diwajahnya, akan tetapi kak Ronie berusaha menyembunyikannya. Ma’fkan Dinda kak… bisikkku dalam hati. aku sadar jika selama ini aku telah mempermainkan nya.




Sayup-sayup suara adzan terdengar berkumandang dari masjid dekat komplek rumahku.

Astagfirullah… ternyata telah masuk waktu subuh.

Perlahan  kulangkahkan kaki menuju tempat berwudu’, aku ingin menghapus semua keraguan dihatiku, hanya Allah tempatku mengadu, hanya-Dia yang mampu memberiku ketenangan, ku yakin, semua ini adalah ketentuan dari-Nya.

2 raka’at sholat subuh telah mambuat hatiku kembali tentram, kembali kurebahkan tubuhku diranjang mungil kesayanganku, sa’at mataku mulai terpejam, aku mendengar handponeku  berdering, setelah aku cek, ternyata ada pesan masuk.



“Adikku.., hapuslah semua  keraguan dihatimu, suatu sa’at engkau akan tau bahwa keputusanmu ini tidaklah salah, yakinlah, semua ini adalah takdir dari Allah..kakak bahagia karena akhirnya impianmu untuk menikah dengan pangeran hatimu akhirnya terwujud. Engkau perlu ingat satu hal, setiap orang punya cara tersendiri untuk menunjukkan rasa cinta dan sayangnya, pun begitu dengan calon suamimu. Jangan pernah sesali keputusanmu. Jadilah istri yang sholehah, yang selalu berusaha menjadi yang terbaik untuk suamimu, ikhlaslah dalam mengabdi padanya, karena dialah Sorga dan Nerakamu. Mungkin sa’at ini bagimu kakak adalah laki-laki yang pas untukmu, tapi Allah lebih tau adikku….. Selamat berbahagia bidadariku”.



Ah…kak Ronie… semoga engkau pendapatkan istri yang sholehah…sungguh beruntung wanita yang akan menjadi istrimu kelak.



Kamis, 18 Agustus 2011

" Haruskah Aku Dimadu....??"


Stop Pak..stop..stop…!!seorang Ibu paruh baya mendadak minta sang sopir menghentikan laju busnya, karena si Ibu  merasa dia melewatkan halte tempat dia turun.



Bug…!!! Aduh…indah meringis kesakitan karena kepalanya terbentur kekaca  bus yang di rem secara mendadak oleh sang sopir. Indah menoleh ke belakang sambil mengusap keningnya yang  agak lebar , tapi sedikit tertutupi dengan jilbab pink yang ia kenakan.


Lamunan Indah terpaksa  buyar karena peristiwa tadi. Sedari tadi Indah berusaha memutar otaknya agar dia menemukan solusi untuk  seorang sahabat yang tadi  menceritakan problem yang sedang dia hadapi, dan bagi Indah problem ini sangatlah  rumit jalan keluarnya, dan diapun tak boleh memberi solusi yang asal-asal saja karena ini menyangkut masa depan  dua keluarga.

Sampai sa’at ini dia masih teringat perbincangan nya dengan sahabatnya tadi. Sebetulnya indah hari ini harus masuk kantor, akan tetapi dia sengaja meliburkan diri karena sahabatnya Weny menelpon dia untuk mau datang kerumahnya secepatnya, katanya ada sesuatu yang ingin dia ceritakan, dan Weny sudah tak mampu lagi menghadapinya sendiri. Ternyata suaminya ingin memberikan “ sahabat baru” untuk dirinya dan anak-anaknya alias Poligami.



Indah kaget mendengar penjelasan Weny sahabatnya itu, setau dia rumah tangga mereka baik-baik saja, malahan Indah kenal dengan baik Putra suami Weny.



Putra  bekerja di sebuah perusahaan di ibu kota. Setau Indah, Putra adalah tipikal suami yang sangat baik, tak segan menbantu mencuci, membersihkan rumah, menyiapkan makanan sendiri,  bahkan, semua yang ingin dilakukan istri, dikerjakan sendiri oleh Putra. Indah menjadi heran dan bertanya-tanya dalam hatinya, kenapa bisa seperti ini.



Perlahan dia telusuri pokok permasalahan dari sahabatnya itu. Pelan-pelan dia bertanya dari hati kehati pada Weny,  kebetulan Indah adalah lulusan Psikologi dari sebuah universitas, jadi dia bisa mengetahui watak clientnya, sehingga dia bisa dengan mudah memasuki area fikiran sang client, termasuk Weny sahabatnya.



“ Oh ia… sebelumnya aku minta ma’af ya kalau seandainya pertanyaanku nanti agak sedikit mendetail dan  sedikit memasuki ruang privasi kamu” perlahan Indah menjelaskan pada Weny.


“ It’s ok.. nggak apa-apa kok In..” jawab Weny dengan tatapan sayu.


Indah terdiam agak lama.  Sesaa’t kemudian Weny  melangkah kedapur untuk menyediakan secangkir teh hangat untuk sekedar menghangtkan tubuh  mereka, karena siang itu hujan turun sangat deras mengguyur kota Medan yang sudah 3 bulan ini kering kerontang karena terpaan panas matahari yang tiada lelah menaungi kota yang terkenal khas dengan tarian Tor-Tor itu.



“ Wen.. setau aku suami  kamu itu orangnya nggak neko-neko, nggak mungkin dia ambil keputusan poligami secara tiba-tiba tanpa ada sebabnya” kembali Indah membuka percakapan



Weny hanya terdiam, sesekali pandangannya menatap kosong kedepan, seakan-akan dia juga memikirkan hal yang sama dengan Indah.



“ Dan aku juga tau tentang kamu sedari kita sekolah dahulu.” Sela Indah lagi



Putra kenal dengan Weny sejak Putra kelas 1 SMA dan Weny kelas 6 SD. Umur mereka memang terpaut sangat jauh. Sampai saat Putra berumur 27 tahun, Putra  belum juga menemukan pasangan  yang pas untuk dirinya, hingga akhirnya Putra mencoba mendekati Weny. singkat cerita  merekapun akhirnya menikah.



“ Setau aku…jika seorang suami memutuskan untuk menikah lagi, pasti ada yang kurang pada istrinya. Baik itu menyangkut kepatuhan seorang istri, kebersihan diri, keikhlasan melayani suami, malah terkadang karena masalah yang sifatnya  kadang di anggap biasa bagi sebagian perempuan, contohnya saja masalah ranjang atau kebutuhan biologis” Indah mencoba memancing Weny



“aa..apa In…maksud kamu apa….?” Weny tergagap dengan kata-kata indah tersebut

“ Ia…masalah kebutuhan biologis, kamu pasti lebih tau dengan apa yang aku maksud”

“ Masa itu harus dipermasalahkan sih In..”

Indah tersenyum mendengar kata-kata sahabatnya itu, meskipun dia belum menikah, akan tetapi dia mengetahui sedikit banyaknya beberapa point penting dalam kehidupan berumah tangga.



“ ia…. memang nggak masuk akal kalau bagi kita perempuan, tapi kamu tau bukan, laki-laki itu menikah bukan hanya untuk mendapatkan keturunan semata, akan tetapi dia juga membutuhkan tempat untuk menyalurkan kebutuhan biologinya, karena takut  jatuh pada Zina, makanya dia memutuskan untuk menikah, agar Allah tak murka dan juga untuk menyelamatkan kesuciannya dirinya” jelas indah lagi.


Rasulullah Saw bersabda, "Wahai para pemuda, siapa diantara kalian telah memiliki ba'ah (kemampuan) maka menikahlah, kerena menikah itu menjaga pandangan dan kemaluan. Bagi yang belum mampu maka puasalah, karena puasa itu sebagai pelindung. (HR Muttafaqun'alaih


Kembali Weny hanya membisu mendengar penjelasan Indah. Memang selama ini dia seolah enggan, terkadang bahkan dengan halus suaminya didorong menjauh ketika hendak “beribadah”. Hasrat itu jarang sekali terpenuhi, kadang sampai 3-4 minggu.



Dari Abu Hurairah r.a., katanya: “Rasulullah sholallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Jikalau seseorang lelaki mengajak istrinya ketempat tidurnya, tetapi istri itu tidak mendatangi ajakannya tadi, lalu suami itu menjadi marah pada malam harinya itu, maka para malaikat melaknati - mengutuk - istri itu sampai waktu pagi.” (Muttafaq ‘alaih)



Dalam riwayat Imam Bukhari dan Imam Muslim yang lain lagi, disebutkan demikian: “Rasulullah sholallahu ‘alaihi wasallam. bersabda: “Apabila seseorang istri meninggalkan tempat tidur suaminya pada malam harinya, maka ia dilaknat oleh para malaikat sampai waktu pagi.”



Selang 2 tahun pernikahan, mereka dikaruniai anak. Dan mereka mulai mengontrak rumah sendiri. Tak ada yang berubah, Weny masih jarang menyediakan diri, sementara suami berupaya melakukan apapun yang dia ingin istrinya lakukan agar kebituhannya terpenuhi.


** ** **

Putra melangkah gontai  menelusuri koridor  kantornya, jam sudah  menunjukkan pukul 16.00 WIB, sa’atnya jam kantor usai, akan tetapi dia tak lansung pulang, dia mampir dulu di café vavoritnya untuk menenangkan fikiran yang sedang berkecamuk. Mejanya bergetar, ternyata ada pesan masuk di Hp nya, disana terpampang sebuah nama yang sekarang ini ikut mondok dihatinya, Neni.



Neni adalah teman SMA nya dulu yang sudah 17 tahun hilang kontak. Dulu Putra sempat menyimpah rasa terhadap  Neni, demikian pula sebaliknya, namun Neni terburu keluar dari sekolah karena menikah dini. Usia mereka terpaut 1 tahun, Neni setahun lebih tua dari Putra.



Dan sekarang Allah kembali mempertemukan mereka. Ternyata Neni telah 7 tahun menjanda, dengan 1 orang anak. Tak dapat dielakkan lagi, benih-benih cinta yang dulu sempat gugur, sekarang seakan kembali menjalar dan subur. Pertemuan mereka semakin intens. Putra seperti menemukan kembali belahan jiwanya yang sempat hilang, hal yang sama juga dirasakan oleh Neni. Mereka tak bisa menepis rasa itu hingga hubungan mereka kembali berlanjut, dan Putra  berjanji pada Neni akan menikahinya, meski Neni tau kalau Putra masih berstatus sebagai seorang suami, namun Neni bersedia jika dia dijadikan yang kedua.



Putra semakin bingung,karena sa’at ini Weny istrinya tengah mengandung anak mereka yang ke-3. Pernah suatu kali Putra mencoba menjauhi Neni, dia mencoba tak lagi berhubungan dengannya, menghapus semua nomer Hp. Dia mencoba menghapus semua tentang Neni demi menjaga perasaan istrinya, demi menghindari pertengkaran yang kian hari kian sering terjadi, karena ternyata hubungan gelapnya dengan Neny tercium oleh istrinya. Weny mengetahui melalui sms yang tak sengaja ia baca dari Hp putra.



Weny merasakan rumah tangganya seperti di neraka, setiap hari yang terjadi pertengkaran demi pertengkaran, dia tak rela jikalau dia harus dimadu, dia tak bisa menerima kehadiran orang baru dalam cinta mereka, dia tak mau jika suaminya menikah lagi. Dia lebih memilih bercerai.



Putra sudah berbicara padanya dari hati ke hati, dan Putra pun menjelaskan bahwa Neni lebih tua 6 tahun dari Weny, akan tetapi, penjelasan itu tak dapat mengubah keinginan Weny untuk bercerai.


Weny menyadari kesalahannya selama ini, dia menyadari dirinya yang tak pernah sepenuh hati melayani suminya, meskipun 1 bulan setelah kelahiran anak mereka yang ketiga, dia telah berusaha sebaik mungkin memperbaiki dirinya,  tetap saja tak bisa merubah keinginan suaminya untuk menikahi Neni.

Dan Weny pun tetap pada pendiriannya, Bercerai. Akhirnya Putra menyetujui keinginanya itu, dengan syarat  anak-anak mereka besarkan bersama.








 















Senin, 15 Agustus 2011

Aku dan Kekasih Suamiku. Part 2 (finish)


Aku tak tahan lagi…..!

Apa lagi yang harus aku lakukan. Karena setiap kali aku bertanya pada suamiku, dia selalu mengelak. Malah aku yang dibilang mengada-ada. 

Ingin rasanya aku melabrak perempuan itu, tapi aku takut.. karena suamiku pernah bilang kalau aku nekat mendatangi perempuan itu, dia akan menceraikan aku. Aku gak mau itu sampai terjadi, aku nggak mau pernikahanku hancur.
Dan malam itu.. aku langsung bertanya pada suamiku, tapi yang terjadi malah pertengkaran hebat, dia mati-matian membela perempuan itu, dan ujung-ujungnya aku dilarang memakai Fb atau pun twitter..

Kenapa Rani datang lagi dalam kehidupan kami.., kenapa dia tega menghancurkan istana mungilku. Dia datang sa’at aku baru mulai merasakan indahnya menjadi seorang istri, sa’at aku baru mereguk indahnya hidup berumah tangga.


Tuhan…ada apa ini…? Kenapa…?

Aku bingung…karena suamiku pun memberi lampu hijau padanya, mereka kembali menjalin kasih, mereka kembali sering bertemu.

Aku diabaikan…aku tak dipedulikan lagi, malahan.. dia seenaknya menelpon wanita itu sa’at dia disampingku, dia tak lagi menghargai aku sebagai istrinya yang sah.

Dia mulai kasar padaku, terlebih jika aku menyebut-nyebut nama wanita itu, dia akan marah besar padaku. Dia sangat melindungi perempuan itu…!

Aku Benci Perempuan Itu, aku Muak sama mereka..!!!

Kenapa dia sebegitunya membela perempuan itu. Aku istrinya yang sah.. meski semenjak menikah dia tak penah memberiku nafkah. Tak apa bagiku, yang penting dia ada bersamaku.

Kian hari hubungan kami makin hambar, suamiku semakin jarang pulang kerumah, kalaupun dia pulang, paling hanya untuk mengambil pakain bersihnya, lalu dia pergi lagi, dan baru akan pulang beberapa hari setelah itu.
Kami tinggal satu atap tapi seperti tak saling kenal, jarang sekali ada percakapan di antara kami, meski aku berusaha tuk menghangatkan suasana, tapi hasilnya sama saja, dingin. Berdekatan tetapi berjauhan hati.

Teman dari suamiku pernah berkata kalau suamiku akan menceraikan aku, katanya aku bukan istri yang baik, dia bilang aku sering bercerita tentang mantanku itu, dia bilang kalau aku masih mencintai mantanku itu. Semua fitnah. Aku tak pernah bercerita tentang Reno pada suamiku kecuali sebelum kami akan menikah dalu. Dia melakukan itu hanya ingin menutupi hubungan gelapnya dengan perempuan itu.
Pernah suatu kali aku mencoba menghubungi perempuan itu, aku menjelaskan padanya kalau aku ini istri Zaki, aku mohon padanya untuk menjauhi suamiku. Tapi apa yang terjadi…? Dia malah mengatakan padaku bahwa suamiku bercerita kepadanya kalau pernikahan kami batal…!!.

Dan aku mecoba kembali untuk meyakinkan perempuan itu kalau sumiku itu membohonginya yaitu dengan memperlihatkan foto pernikahan kami. Akan tetapi dia tetap tidak percaya, dan bilang kalau aku ini perempuan yang lagi stress karena gagal menikah dan foto itu hanya hasil editan photoshop. Astagfirullah.. aku kewalahan meyakinkannya. Apa lagi yang harus aku lakukan sekarang..? dia sama sekali tak mau mempercayaiku, malah dia semkin menjadi-jadi.
Separoh hati aku kasian pada perempuan itu, aku kasian karena dia telah dibohongi mentah-mentah oleh Zaki. Aku kasihan akan masa depannya. Sekarang kuliahanya berantakan karena sibuk ngurusin Zaki. Puluhan SKS (Sistem Kredit Semester) harus dia ulang lagi. Tidakkah dia kasian pada orang tua yang susah payah membiayai studynya, tidakkah dia memikirkan masa depannya..? Ya Allah.. bukakanlah pintu hatinya.. dan juga pintu hati suamiku. Bagaimapun kesalahan tak sepenuhnya ada pada perempuan itu. Dia juga korban.


Aku selalu bermunajat setiap malamku… malam-malam ku hiasai dengan tahajud, meluapkan semua kesedihan dan sakit hati karena perbuatan suamiku, terus terang aku mulai putus asa karena Allah tak jua menjawab doa-doa ku. Kenapa ya Allah aku harus menjalani takdir yang seberat ini..? kenapa harus aku.. kenapa mesti aku ya Allah.. aku tak kuat lagi dengan cobaan ini, ber tubi-tubi cobaan Engkau timpakan padaku, apa salahku.., apa dosaku ya Allah…, apa aku pernah melakukan hal ini pada orang lain…? Engkau sungguh tak adil padaku, Engkau tak sayang padaku, kenapa mesti aku.. kenapa bukan mereka yang bejat…?? Tangisku pecah disela doa-doaku. Dengan sadar aku menghujat Allah…aku benar-benar tak kuat lagi.


Bulan Juni aku dimutasi ke kota lain oleh kantorku, aku dipindahkan kerja keluar daerah, dan hubungan ku dengan suamiku tak jua membaik.


Dan di kota ini aku terpaksa nge kost di sebuah rumah yang tak terpisah, aku melakukan itu agar aku tak terlalu merasa kesepian. Aku tinggal dirumah bu Hannah, beliau sangat baik, pun seluruh anggota keluarga nya, rasa sepiku sedikit terobati.


Seperti biasa aku pergi pagi dan pulang sore harinya, dan selalu saja bu Hannah telah menyiapkan makan malamku, aku dia anggap seperti anak kandungnya, baik nya ibu ini bisik hatiku. Bahagianya beliau mempunyai keluarga yang bahagia, andainya saja aku juga seperti beliau…pasti aku akan sangat bahagia, ahhh… itu hanya mimpi.


Suatu pagi sewaktu aku akan berangkat ke kantor, bu Hannah memanggilku, beliau mengenalkan ku dengan anak perempuan bu Hannah satu-satunya, namanya Hesti, dia lebih muda dariku, dan juga telah menikah dan mempunyai seorang putri.

“ Zahra…sini sebentar.. perkenalkan ini anak ibu, yang sering ibu cerita kekamu itu lho....”

“ Zahra..” kataku sambil menyalaminya..

“ Hesti kak..” dia tersenyum padaku

“ Kakak mau berangkat kerja ya…emang masuk jam berapa…kok jam segini baru berangkat..?”

“ Ia….kakak masuk jam 8, kan dekat dek..10 menit juga nyampe..” jawabku seraya tersenyum

“ Ya ia lah… kakak istrinya mas Zaki kan…mobil itukan yang sering di pakai mas Zaki klo mau jemput Rani ke kampus, Rani itu teman aku sekampus lho kak..”

Dezzz!!! Seluruh tulang-tulangku lemas.. aku serasa mau roboh…Aku tak tau harus jawab apa, ya Allah… Apa ini kebetulan.., ada apa ini…. Engkau menitipkanku di sebuah keluarga yang ternyata anaknya adalah sahabat dari perempuan itu. Apa lagi rencana-Mu ya Allah…
Aku tergagap, tak tau harus menjawab apa lagi, aku terdiam cukup lama, dan sepertinya Hesti mengerti apa yang ada di dalam fikiranku.

“ kak.. aku salut sama kakak.. kakak begitu tegar..”

“ Maksud dek Hesti apa….?”

“ Udahlah kak.. aku dah tau kok apa yang terjadi sebenarnya, semua teman-teman di kampus tau siapa Rani kok, dan kami juga sudah tau tentang hubungan mereka”

Aku terdiam… ingin rasanya aku menjerit…ingin rasanya aku teriak.. tapi lidahku kelu.

“ kakak itu baik… dia nggak pantes buat dijadiin suami, laki-laki itu tidak pantas di cintai kak”
Aku kembali diam…pali-paling aku hanya membalas dengan senyum getir, karena aku telah kehabisan kata-kata.

Semakin hari aku semakin akrab dengan Hesti dan keluarganya, dia memperlakukan aku seperti kakaknya, setiap dia kembali dari kampusnya, yang pertama dia tanya adalah aku, dia akan langsung menghubungiku, menanyakan aku lagi dimna, dan sedang apa. Aku sangat senang karena aku di anugerahi sebuah keluarga baru disaat aku jauh dari keluarga yang selalu mendukungku, akan tetapi aku masih belum mengerti kenapa Allah menitipkan aku disini.


Dan sekarang bulan ke-6 pernikahan kami…sedih rasanya menjalani status yang tak jelas seperti ini. Dibilang sebagai seorang istri.. tapi aku tak pernah tau suamiku dimana, dia lagi apa atau sedang dengan siapa, nomer handpone nya aja aku tak pernah tau.


Selasa 19 Juni 2011 aku mendengar kabar yang sangat mengagetkan sekaligus menyakitkan hatiku. Seorang sahabat Rani memberitahuku bahwa mereka telah menikah secara diam-diam. Mereka menikah meskipun orang tua mereka tak sedikitpun memberikan restu, mereka menikah dengan data-data yang dipalsukan

Serasa di sambar petir. Dunia serasa berhenti berputar, aku ambruk….semua terasa gelap…

Aku merasakan sentuhan lembut dipipiku..sebuah belaian hangat yang aku tak tau dari siapa, setelah aku membuka mata, aku melihat bu Hannah dan kelurganya berkumpul dikamarku, mereka terlihat sangat cemas.. aku melihat bu Hannah dan Hesti menangis.


Aku hanya diam melihat mereka, fikiranku masih direnteti dengan kata-kata di telepon tadi, aku berharap ini hanya mimpi, akan tetapi sekali lagi, kenyataan tak seindah inginku, disini aku terpuruk menahan sakit.. akan tetapi diseberang sana suamiku dan perempuan itu tengah bahagia menikmati kemenangan mereka. Yah.. Mereka menang…!


Dan sekarang yang ada difikiranku hanyalah menunggu hasil keputusan sidang, karena beberapa hari setelah aku mendengar kabar itu aku langsung mengurus surat-surat pengaduan ke kantor polisi atas alasan KDRT.


Sekarang aku menunggu dan akan menjalani episode takdir hidupku yang aku tak tau akan berakhir seperti apa. Dan lagi-lagi sampai detik ini aku masih belum mengerti maksud Allah akan peristiwa ini.


Jumat, 12 Agustus 2011

Aku dan Kekasih Suamiku. Part.1


Namaku Zahra.. aku anak bungsu dari 3 bersaudara, diusiaku yang masih terbilang muda, aku telah mengecap setengah dari sukses dalam kehidupan, itu menurutku.

Seperti yang sering  dibilang orang-orang terhadapku, mereka selalu berkata aku beruntung, sudahlah punya wajah cantik, kaya, punya penghasilan dan kedudukan yang lumayan tinggi di perusahaan tempatku bekerja dan perusahaan itu selalu jadi incaran setiap orang.

Aku merasa diawan…aku senang dengan kata-kata mereka, aku bahagia. Aku merasa beruntung.Alhamdulillah ya Allah…

Kebahagiaanku semakin sempurna, karena tak berapa lama lagi aku akan segera mengakhiri masa lajangku. Ya….. aku akan menikah dengan seorang lelaki yang sangat aku sayangi. Aku akan bersanding dengan pangeran hatiku…. Hatiku berbunga, aku serasa memeluk bulan. Aku sungguh beruntung bisikku…..

Aku baru mengenalnya 2 bulan belakangan ini. aku dikenalkan oleh seorang teman. Namanya Zaki, dia laki-laki yang sangat ramah, perhatian, dan sangat pengertian terhadapku. Kalau soal idabadahnya aku tak pernah memikirkan itu, karena dalam fikiranku, setelah menikah nanti dia akan berubah seiring berjalannya waktu. Itulah yang ada dalam fikiranku sa’at itu. Aku melupakan syarat yang satu itu, syarat yang paling utama.



لَا تَنْكِحُوا النِّسَاءَ لِحُسْنِهِنَّ فَلَعَلَّهُ يُرْدِيهِنَّ ، وَلَا لِمَالِهِنَّ فَلَعَلَّهُ يُطْغِيهِنَّ ، وَانْكِحُوهُنَّ لِلدِّينِ ، وَلَأَمَةٌ سَوْدَاءُ خَرْقَاءُ ذَاتُ دِينٍ أَفْضَلُ
Janganlah kalian menikahi perempuan karena cantiknya. Boleh jadi kecantikan tersebut akan membinasakannya. Jangan pula karena hartanya karena harta boleh jadi akan menyebabkannya melampaui batas. Menikahlah karena agama. Sungguh budak hitam yang cacat namun baik agamannya itu yang lebih baik” (Ibnu Majah no 1859-pent).

Hari yang ditunggu-tunggu pun tiba, 15  Januari 2011 adalah Tahun yang sangat bersejarah dalam hidupku.
Pernikahanku sungguh meriah, aku melihat pancaran kebahagiaan dari wajah-wajah orang-orang yang aku cintai, mereka keluargaku, belahan jiwaku.

Acara walimah berlangsung haru…air mataku bercucuran sa’at ijab qobul berlangsung, aku telah memenuhi separoh Dienku…Alhamdulillah Ya Allah….Aku bahagia…Terimakasih atas anugerah yang telah Engkau berikan…., Engkau telah memberikan penggantinya lebih cepat dari yang aku kira.

Perlu diketahui, sebelum menikah dengan Zaki, aku  telah mempunyai calon suami, laki-laki yang aku kenal sewaktu SMP dulu, dia kakak kelasku,namanya Reno, tetapi hubungan kami tak mendapat restu dari kedua orang tuanya, hancurlah harapan kami untuk  hidup bersama. Cintaku Kandas. Aku kalut sa’at itu, aku depresi berat.. karena orang dilingkunganku telah tau bahwa kami akan segera menikah. Hingga Zaki datang dalam hidupku., semua berangsur-angsur pulih, aku kembali menemukan semangat hidupku.

وَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ وَعَسَى أَنْ تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ وَاللهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لاَ تَعْلَمُونَ
Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui.(Al-Baqarah: 216)


Sekarang aku telah resmi menjadi istri Zaki , aku telah menjadi nyonya Zaki Prasetyo. Bahagianya aku mempunyai suami yang sangat lembut dan sayang  padaku.

Tapi…………….              


                      
Itu tak berlangsung lama, tepat  pada bulan ke-2 pernikahan kami, Ujian itu datang. Istana kecilku mulai goyah, gerimis mulai datang, kian lama kian deras. Ujian pernikahan datang sa’at umur pernikahan kami masih berusia seumur jagung.


Aku melihat gelagat yang aneh dari suamiku, dia mulai tertutup padaku, bahkan hanpone nya pun selalu dia kunci, tak pernah lagi dia taroh seperti biasa, kekamar mandipun selalu ia bawa,  bahkan nomernyapun aku tak lagi tau. Awalnya aku berusaha menanggapi biasa saja, tapi hati kecilku berkata lain, hatiku berbisik bahwa ada sesuatu yang ia sembunyikan dariku. Dan rasa curigapun mulai menyelinap masuk dalam fikiranku.
Pernah suatu hari aku membuntuti dia pergi, aku ikuti secara diam-diam. Aku pergi dengan adik iparku, adik dari suamiku, namnya Fitri, Dan apa yang terjadi….? aku melihat suamiku mendatangi sebuah kost-an putri, aku melihat seorang perempuan keluar dari rumah itu, mereka terlihat sangat akrab, aku nggak bisa melihat wajahnya secara jelas.


Tapi tiba-tiba Fitri berkata..


“ Loh kak.. itukan mba’ Rani, ngapain mereka malam-malam begini ketemuan, lagi pula mereka kan udah putus…”

“ Apa..? maksud kamu apa Fit…?   

“ Ia kak……itu mba Rani, mantan pacarnya kak Zaki,..”

“Mantan …? “ 

Aku coba mengingat nama itu, aku sepertinya pernah dengar nama itu, tapi dari siapa dan kapan…? Oh ia…. sebelum menikahiku mas Zaki pernah bercerita kalau dia baru putus dengan seorang  gadis, namanya Rani, mereka putus karena hubungan mereka tidak mendapat restu dari orangtua mereka masing-masing. Rani masih berstatus seorang mahasiswi disebuah Fakultas Kedokteran ,semester akhir.

Tapi kenapa sekarang mereka  ketemu lagi..? Aku semakin bingung. Kenapa suamiku tak pernah cerita kalau dia akan bertemu dengan Rani. Apa lagi malam-malam begini. 

Aku terus saja membuntuti mobil mereka, aku mengikuti kemana mereka pergi. Aku berusaha menjaga jarak agar suamiku tak melihat mobilku.  Tak terasa jam sudah menunjukkan pukul 10 malam, aku buru-buru pulang karena aku takut dia akan tau kalau aku tidak berada dirumah, aku takut dia curiga. Lagi pula besok Fitri harus ke kampus pagi-pagi sekali.

Ternyata benar dugaanku, tak berapa lama aku sampai di rumah, suamikupun pulang. Aku bersikap seperti biasa, aku pura-pura tidak tau atas apa yang aku lihat tadi. Aku berusaha bersikap hangat terhadapnya. Aku berusaha tetap tenang.

Keesokan harinyapun sumiku semakin sering pulang malam, terkadang malah tak pulang sama sekali, waktu aku hubungi kerumah orang tuanya, mereka malah bingung.

“ Assalamu’alaikum…ini mama ya….?”mam..mas Zaki mampir kesana gak..?“
“ Wa’alaikumsalam...ianak..nggak tuh.. Zaki sudah seminggu tidak mampir,..memangnya suamimu nggak ada di rumah.. kan ini sudah malam sekali nak..”
Aku terdiam…kemudian aku kembali mendengar suara dari seberang sana
“ halo..Zahra..kamu masih disana sayang…”
“ Oh.. ia mam…..mm.. itu.. tadi mas Zaki bilang katanya dia ada acara di luar kota, Zahra pikir dia mampir.., ya udah deh ma.. gak apa-apa., selamat malam ya Mam….Assalamu’alaikum..” telephone ku tutup dengan berjuta pertanyaan dibenakku.

Aku mencoba menelusuri informasi tentang Rani melalui situs jaringan social, aku mencari account Fb dan Twitternya., dan Alhamdulillah aku menemukannya.

Ternyata begitu gampang mencari dan membongkar hubungan mereka, disitus itu mereka mengobral kemesraan yang sangat berlebihan.. dan aku mulai mengikuti perkembangan komunikasi mereka lewat situs itu dan makin menyakitkan sekali apa yg aku baca disana, tak kuasa membendung semua itu akupun mulai mengikuti alur status yang di update sama perempuan itu, setiap apa yang mau mereka lakukan pasti ditulis disitus itu dan membuat aku gampang untuk mengetahui apakah mereka masih berhubungan atau tidak.

Anehnya.., setiap aku bercerita tentang hubungan gelapnya dengan wanita itu suami ku itu selalu berkilah dan bahkan sering menjelek-jelekan wanita itu kepadaku dan membuat aku tak percaya kalau dia menjalin hubungan dengan wanita itu. Kadang aku jadi ragu, bener gak ya suamiku ada hubungan dengan wanita itu”  bisikan itu yg selalu terngiyang-ngiyang ditelingaku saat suamiku tak berada disampingku.

Aku melihat photo profilnya mesra banget dengan suamiku. Dan status relationshipnya terhubung ke suamiku, aku juga melihat pesan-peesan mesra dari suamiku, mereka saling berbalas pesan di wall nya. Aku sedih bercampur marah. Semua campur aduk. Bathin dan emosiku mulai bergejolak untuk membuktikan semua itu.
Aku berusaha menutupinya dari suamiku, aku masih ingin bukti yang lain, agar aku tak lagi dibilang mengada-ada, dan selama masa pencarianku.. aku berusaha tetap tenang, meski itu sulit bagiku, sangat teramat sulit mengatur emosiku, dadaku terasa sesak, aku dikhianati.. aku merasa tak dihargai.. aku dibohongi.

Setiap hari aku memantau twitter mereka.. dan tetap sama dengan hari-hari kemarinnya, malah mereka semakin mesra.