Senin, 27 Agustus 2012

HIKMAH PUASA, KEMANA HARUS DICARI ?



Oleh :  Cece

                Puasa sudah masuk sepuluh hari terakhir.  Jadwal kuliah kaum muslimin bertambah dengan hadirnya kuliah subuh dan kuliah tujuh menit (Kultum ) atau oleh sebagian teman di buat anekdot kuliah terserah antum.  Materi  tentang hikmah puasa menjadi menu tambahan atau bahkan menu wajib selepas sholat Isya ataupun ba’da Subuh. Sehingga seharusnya hikmah puasa bukan menjadi sesuatu yang susah di cari apalagi dimengerti.

                Dibalik seringnya, saya dijelaskan tentang hadist Nabi yang menyatakan “ bahwa  banyak manusia yang ketika mengerjakan puasa hanya mendapatkan lapar dan dahaga, justru semakin takut saya dibuatnya. Adakah saya termasuk golongan itu……? Yang hanya dapat lapar dan haus tanpa sedikitpun bisa mencicipi apalagi merasakan indahnya hikmah puasa. Naudzubillah min dhalik

                Entah  saya yang kurang kuat godaan atau justru karena lingkungan  yang terlalu kuat mereduksi nilai – nilai puasa sehingga makin terasa hambar maknanya. Sering kita dengar salah satu hikmah puasa adalah agar kita bisa merasakan bagaimana susahnya saudara-saudara kita yang oleh Allah ditakdirkan tidak berkecukupan secara meteri. Puasa bagi mereka  mungkin tidak perlu latihan lagi karena hampir tiap hari mereka merasa lapar, kenapa? Karena memang tak ada yang bisa mereka makan. Mungkin tak  perlu lagi saya jelaskan sebabnya apa.

                Mereka bahkan sudah tidak bisa lagi membedakan bulan Ramadhan dengan bulan diluar Ramadahan soal rasa haus dan lapar. Hanya bedanya setiap bulan Ramadhan di banyak Masjid dan Musholla terdapat acara buka puasa bersama, sehingga kebutuhan ta’jil bisa terpenuhi tanpa harus mengeluarkan biaya.

                Berbanding terbalik dengan kondisi di atas justru banyak saudara-saudara kita yang membuat acara buka puasa bersama dengan rekan sekerja dikantor, dan kolega bisnis di restaurant mahal sebagai wujud rasa kebersamaan katanya. Sebagian hotel justru membuat acara khusus buka bersama ini dengan tarif per orangan ataupun group. Iftar jami’ ini menjadi salah satu icon bisnis masa kini.

                Coba kita lihat disekeliling kita, spanduk dan banner menu buka puasa terpampang dimana-mana, tentunya dengan harga yang untuk ukuran fakir miskin bisa untuk makan sekeluarga selama sehari atau bahkan lebih. Mediapun juga tak mau kalah menghipnotis kita dengan acara buka puasa mewah di beberapa tempat yang dilakukan para selebritis .

                Saya yakin memang ngumpul bareng, membangun  silaturahmi dengan cara seperti itu cukup bagus untuk mengikat keakraban , persaudaraan maupun pertemanan. Tidak ada yang salah memang. Jujur sayapun sering merasa rikuh kalau tidak datang pada undangan acara-acara tersebut. Mereka sudah menyiapkan segala sesuatunya, tapi entah kenapa saya sering enggann untuk terlalu sering memenuhi “undangan mewah” itu. 

Seharusnya puasa itu melatih orang untuk bisa ikut merasakan penderitaan mereka yang kekurangan, gimana rasanya berbuka puasa dengan ala kadarnya, dengan menu seadanya, jangankan untuk mencapai 4 sehat 5 sempurna, jangankan memikirkan  asupan gizi dari makanan yang mereka makan, cukup untuk membahasahi tenggorokan dan meredam suara gemuruh perut saja itu sudah lebih dari cukup  bagi mereka. 

Pernahkah terpikir dibenak kita, sa’at kita bingung memilih menu ta’jil ataupun menu untuk sahur , di luar sana mereka malah bingung memikirkan “apa yang harus dimakan hari ini….”?, sungguh miris. Terkadang banyaknya  sajian menu yang tersedia, malah banyak yang jadi mubazir karena saking banyak nya.
Kalau saja deretan daftar menu yang menghiasi meja makan dapat mengukirkan seulas  senyum di wajah-wajah lesu mereka, agar mereka juga bisa merasakan gimana rasanya kalau setiap berbuka puasa justru lebih mewah dari biasanya, dengan menu yang sangat jarang  mereka nikmati. Saya yakin, bukan hanya mereka saja yang merasakan bahagia, kita juga akan merasakan bahagia yang berlipat ganda dan puasa akan berasa lebih berkah dan  istimewa.

Jangan sampai puasa cuman ngerubah jadwal makan, dari siang ke malam dengan menu yang lebih hebat dari biasanya, jika itu yang terjadi, maka tak ada nikmat puasa yang bisa kita peroleh kecuali haus dan lapar saja. 

Dan pada hari-hari terkahir Ramadhan , kebiasaan masayarakat kita justru sibuk dengan kue lebaran ,baju baru, sepatu baru, dan thowaf di mall-mall, mestinya semakin sibuk dengan Qur'an dan Masjid, karena tak ada yang bisa menebak,  apakah ini justru ramadhan terakhir  bagi kita. Wallahualam bi shawab….