Senin, 31 Desember 2012

Dan Setiap Ucapan akan Ada "harga" nya



Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad, keluarga dan sahabatnya.

Sebuah ayat yang menarik sekali untuk dikaji yang berisi pelajaran agar kita pintar-pintar menjaga lisan. Ayat tersebut terdapat dalam surat Qaaf tepatnya ayat 18.

Allah Ta’ala berfirman,
مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ
Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya Malaikat Pengawas yang selalu hadir” (QS. Qaaf: 18)

Ucapan yang dimaksudkan dalam ayat ini adalah yang diucapkan oleh manusia, keturunan Adam. Ucapan tersebut dicatat oleh malaikat yang sifatnya roqib dan ‘atid yaitu senantiasa dekat dan tidak pernah lepas dari seorang hamba. Malaikat tersebut tidak akan membiarkan satu kalimat dan satu gerakan melainkan ia akan mencatatnya. Hal ini sebagaimana firman Allah Ta’ala :

وَإِنَّ عَلَيْكُمْ لَحَافِظِينَ (10) كِرَامًا كَاتِبِينَ (11) يَعْلَمُونَ مَا تَفْعَلُونَ (12)
Padahal sesungguhnya bagi kamu ada (malaikat-malaikat) yang mengawasi (pekerjaanmu), yang mulia (di sisi Allah) dan mencatat (pekerjaan-pekerjaanmu itu), mereka mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al Infithar: 10-12)

Apakah semua perkataan akan dicatat? Apakah hanya yang bernilai pahala dan dosa saja yang dicatat? Ataukah perkataan yang bernilai netral pun dicatat?

Tentang masalah ini para ulama ada dua pendapat. Ada ulama yang mengatakan bahwa yang dicatat hanyalah yang bernilai pahala dan dosa. Namun jika kita melihat dari tekstual ayat, yang dimaksud ucapan dalam ayat tersebut adalah ucapan apa saja, sampai-sampai ucapan yang mubah sekalipun. Akan tetapi, untuk masalah manakah yang kena hukuman, tentu saja amalan yang dinilai berpahala dan dinilai dosa.

Sebagian ulama yang berpendapat bahwa semua ucapan yang bernilai netral (tidak bernilai pahala atau dosa) akan masuk dalam lembaran catatan amalan, sampai-sampai punya sikap yang cukup hati-hati dengan lisannya. Cobalah kita saksikan bagaimana kisah dari Imam Ahmad ketika beliau merintih sakit.

Imam Ahmad pernah didatangi oleh seseorang dan beliau dalam keadaan sakit. Kemudian beliau merintih kala itu. Lalu ada yang berkata kepadanya (yaitu Thowus, seorang tabi’in yang terkenal), “Sesungguhnya rintihan sakit juga dicatat (oleh malaikat).” Setelah mendengar nasehat itu, Imam Ahmad langsung diam, dan beliau tidak merintih lagi. Beliau takut jika merintih sakit, rintihannya tersebut akan dicatat oleh malaikat.

Coba bayangkan bahwa perbuatan yang asalnya wajar-wajar saja ketika sakit, Imam Ahmad pun tidak ingin melakukannya karena beliau takut perbuatannya tadi walaupun dirasa ringan masuk dalam catatan malaikat. Oleh karena itu, beliau rahimahullah pun menahan lisannya. Barangkali saja rintihan tersebut dicatat dan malah dinilai sebagai dosa nantinya. Barangkali rintihan tersebut ada karena bentuk tidak sabar.

Mampukah kita selalu memperhatikan lisan?
Sungguh nasehat yang amat bagus dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang seharusnya kita bisa resapi dalam-dalam dan selalu mengingatnya.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مَا يَتَبَيَّنُ مَا فِيهَا يَهْوِى بِهَا فِى النَّارِ أَبْعَدَ مَا بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ
Sesungguhnya ada seorang hamba yang berbicara dengan suatu perkataan yang tidak dipikirkan bahayanya terlebih dahulu, sehingga membuatnya dilempar ke neraka dengan jarak yang lebih jauh dari pada jarak antara timur dan barat.” (HR. Muslim no. 2988)

Intinya, penting sekali memperhatikan lisan sebelum berucap. An Nawawi rahimahullah menyampaikan dalam kitabnya Riyadhush Sholihin nasehat yang amat bagus, “Ketahuilah bahwa sepatutnya setiap orang yang telah dibebani berbagai kewajiban untuk menahan lisannya dalam setiap ucapan kecuali ucapan yang jelas maslahatnya. Jika suatu ucapan sama saja antara maslahat dan bahayanya, maka menahan lisan untuk tidak berbicara ketika itu serasa lebih baik. Karena boleh saja perkataan yang asalnya mubah beralih menjadi haram atau makruh. Inilah yang seringkali terjadi dalam keseharian. Jalan selamat adalah kita menahan lisan dalam kondisi itu.”

Jika lisan ini benar-benar dijaga, maka anggota tubuh lainnya pun akan baik. Karena lisan adalah interpretasi dari apa yang ada dalam hati dan hati adalah tanda baik seluruh amalan lainnya. Dari Abu Sa’id Al Khudri, 

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا أَصْبَحَ ابْنُ آدَمَ فَإِنَّ الأَعْضَاءَ كُلَّهَا تُكَفِّرُ اللِّسَانَ فَتَقُولُ اتَّقِ اللَّهَ فِينَا فَإِنَّمَا نَحْنُ بِكَ فَإِنِ اسْتَقَمْتَ اسْتَقَمْنَا وَإِنِ اعْوَجَجْتَ اعْوَجَجْنَا
Bila manusia berada di waktu pagi, seluruh anggota badan akan patuh pada lisan. Lalu anggota badan tersebut berkata pada lisan: Takutlah pada Allah bersama kami, kami bergantung padamu. Bila engkau lurus kami pun akan lurus dan bila engkau bengkok (menyimpang) kami pun akan seperti itu.” (HR. Tirmidzi no. 2407. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan).

 Hadits ini pertanda bahwa jika lisan itu baik, maka anggota tubuh lainnya pun akan ikut baik.
Semoga yang singkat ini dari kajian tafsir surat Qaaf bermanfaat. Ya Allah, tolonglah kami untuk selalu menjaga lisan kami ini agar tidak terjerumus dalam kesalahan.
Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush sholihaat.




Referensi:
Bahjatun Nazhirin Syarh Riyadhish Sholihin, Salim bin ‘Ied Al Hilali, Dar Ibnil Jauzi, cetakan pertama, 1430 H.
Liqo’ Al Bab Al Maftuh, Syaikh Muhammad bin Sholih Al Utsaimin, kaset no. 11
Shahih Tafsir Ibnu Katsir, Syaikh Musthofa Al ‘Adawi, Darul Fawaid dan Dar Ibni Rajab, 4/278.
Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal
Artikel Muslim.Or.Id

Sabtu, 29 Desember 2012


~ You'r My Hero ~

Engkau Segalanya bagiku...
Engkau Pahlawan ku...
Tanpamu, aku takkan pernah ada... 


Kau tak hiraukan matahari yang menyengat
Bagi mu, bahagia ku adalah segalanya
Kau tak peduli kakimu yang merintih penat


Meski kadang engkau seperti menjadi lawan bagiku
Meski kadang engkau lebih sering keras padaku
Aku tau.. itu bentuk kasih sayang mu...
Aku tau...itulah caramu mendewasakan ku


Seiring Berjalannnya waktu..
Aku seakan makin jauh dari mu
Aku makin sibuk dengan dunia ku...


Tatkala kau tunjukkan rasa cemburu mu Pada sosok baru
Kau seakan tak rela kasih ku terbagi
Kau seakan tak rela cinta ku berpaling


Bagi mu, Aku masih bidadari kecil mu yang selalu kau ajak berlari
Bagi mu, Aku tetap jagoan kecil mu  yang selalu kau manja
Ingin mu, Tetap ingin memeluk ku


Meski tak pernh ada hari instimewa untuk mu
Tapi sesungguhnya engkau adalah lelaki yang teramat sangat istimewa 

Pengorbananmu tak terbayar emas

Ayah....
Engkaulah pahlawan sejati...
Engkaulah Lelaki sejati..







~ Kasihmu Ibu... ~

Ibu.....
Seribu, bahkan sejuta kata tak mampu mendefenisikan tentang mu
Setiap huruf tentang mu teramat bermakna
Bahkan sajak ini pun tak berarti apa-apa

Ibu...
Setiap tetes peluh mu adalah cinta
Setiap hela nafasmu adalah Kasih
Setiap sentuh mu adalah Sayang

Ibu...
Meski  engkau lebih sering  menuai pilu
Tapi bagimu itu nyanyian merdu
Meski tingkahku lebih sering menoreh sembilu
Tapi engkau tetap menyimpann berjuta rindu

Ibu... 
Aku menyayangi mu.....
Aku Mencintai mu..









Jumat, 28 Desember 2012


~ Bait Indah Untuk Sebuah Nama ~ 

Aku tak tau yg sekarang aku rasa
Aku bahagia, senang, ah, entahlah, semuanya menyatu
Aku hanya berani melihatmu dari kejauhan
Menyapa pun aku tak kuasa

Biarlah rasa ini ku simpan dalam jiwa
Biarlah Rasa ini ku pendam dalam diam
Karena memang, itulah yang terbaik

Kamu yang disana..

Sekejap Kebersamaan dalam canda
Kadang pandang beradu mata

Aku tau... ada yang lain dimatamu
Aku tau... ada yang indah dalam tanya mu

Tapi....
Biarlah semua kita endap dalam rasa
Karena kau Mahkluk kesayangan bidadari Syurga
Karena kau Mahkluk penjaga nafsu mata
Meski kadang kau pun tergoda, itukrna kau juga insan BIasa

Kamu Yang disana...

Tetaplah seperti itu
Tetaplah menjadi kau yg ku Puja, meski dalam gulita
Tetaplah menjadi permata tuk dia yg sempurna



Senin, 27 Agustus 2012

HIKMAH PUASA, KEMANA HARUS DICARI ?



Oleh :  Cece

                Puasa sudah masuk sepuluh hari terakhir.  Jadwal kuliah kaum muslimin bertambah dengan hadirnya kuliah subuh dan kuliah tujuh menit (Kultum ) atau oleh sebagian teman di buat anekdot kuliah terserah antum.  Materi  tentang hikmah puasa menjadi menu tambahan atau bahkan menu wajib selepas sholat Isya ataupun ba’da Subuh. Sehingga seharusnya hikmah puasa bukan menjadi sesuatu yang susah di cari apalagi dimengerti.

                Dibalik seringnya, saya dijelaskan tentang hadist Nabi yang menyatakan “ bahwa  banyak manusia yang ketika mengerjakan puasa hanya mendapatkan lapar dan dahaga, justru semakin takut saya dibuatnya. Adakah saya termasuk golongan itu……? Yang hanya dapat lapar dan haus tanpa sedikitpun bisa mencicipi apalagi merasakan indahnya hikmah puasa. Naudzubillah min dhalik

                Entah  saya yang kurang kuat godaan atau justru karena lingkungan  yang terlalu kuat mereduksi nilai – nilai puasa sehingga makin terasa hambar maknanya. Sering kita dengar salah satu hikmah puasa adalah agar kita bisa merasakan bagaimana susahnya saudara-saudara kita yang oleh Allah ditakdirkan tidak berkecukupan secara meteri. Puasa bagi mereka  mungkin tidak perlu latihan lagi karena hampir tiap hari mereka merasa lapar, kenapa? Karena memang tak ada yang bisa mereka makan. Mungkin tak  perlu lagi saya jelaskan sebabnya apa.

                Mereka bahkan sudah tidak bisa lagi membedakan bulan Ramadhan dengan bulan diluar Ramadahan soal rasa haus dan lapar. Hanya bedanya setiap bulan Ramadhan di banyak Masjid dan Musholla terdapat acara buka puasa bersama, sehingga kebutuhan ta’jil bisa terpenuhi tanpa harus mengeluarkan biaya.

                Berbanding terbalik dengan kondisi di atas justru banyak saudara-saudara kita yang membuat acara buka puasa bersama dengan rekan sekerja dikantor, dan kolega bisnis di restaurant mahal sebagai wujud rasa kebersamaan katanya. Sebagian hotel justru membuat acara khusus buka bersama ini dengan tarif per orangan ataupun group. Iftar jami’ ini menjadi salah satu icon bisnis masa kini.

                Coba kita lihat disekeliling kita, spanduk dan banner menu buka puasa terpampang dimana-mana, tentunya dengan harga yang untuk ukuran fakir miskin bisa untuk makan sekeluarga selama sehari atau bahkan lebih. Mediapun juga tak mau kalah menghipnotis kita dengan acara buka puasa mewah di beberapa tempat yang dilakukan para selebritis .

                Saya yakin memang ngumpul bareng, membangun  silaturahmi dengan cara seperti itu cukup bagus untuk mengikat keakraban , persaudaraan maupun pertemanan. Tidak ada yang salah memang. Jujur sayapun sering merasa rikuh kalau tidak datang pada undangan acara-acara tersebut. Mereka sudah menyiapkan segala sesuatunya, tapi entah kenapa saya sering enggann untuk terlalu sering memenuhi “undangan mewah” itu. 

Seharusnya puasa itu melatih orang untuk bisa ikut merasakan penderitaan mereka yang kekurangan, gimana rasanya berbuka puasa dengan ala kadarnya, dengan menu seadanya, jangankan untuk mencapai 4 sehat 5 sempurna, jangankan memikirkan  asupan gizi dari makanan yang mereka makan, cukup untuk membahasahi tenggorokan dan meredam suara gemuruh perut saja itu sudah lebih dari cukup  bagi mereka. 

Pernahkah terpikir dibenak kita, sa’at kita bingung memilih menu ta’jil ataupun menu untuk sahur , di luar sana mereka malah bingung memikirkan “apa yang harus dimakan hari ini….”?, sungguh miris. Terkadang banyaknya  sajian menu yang tersedia, malah banyak yang jadi mubazir karena saking banyak nya.
Kalau saja deretan daftar menu yang menghiasi meja makan dapat mengukirkan seulas  senyum di wajah-wajah lesu mereka, agar mereka juga bisa merasakan gimana rasanya kalau setiap berbuka puasa justru lebih mewah dari biasanya, dengan menu yang sangat jarang  mereka nikmati. Saya yakin, bukan hanya mereka saja yang merasakan bahagia, kita juga akan merasakan bahagia yang berlipat ganda dan puasa akan berasa lebih berkah dan  istimewa.

Jangan sampai puasa cuman ngerubah jadwal makan, dari siang ke malam dengan menu yang lebih hebat dari biasanya, jika itu yang terjadi, maka tak ada nikmat puasa yang bisa kita peroleh kecuali haus dan lapar saja. 

Dan pada hari-hari terkahir Ramadhan , kebiasaan masayarakat kita justru sibuk dengan kue lebaran ,baju baru, sepatu baru, dan thowaf di mall-mall, mestinya semakin sibuk dengan Qur'an dan Masjid, karena tak ada yang bisa menebak,  apakah ini justru ramadhan terakhir  bagi kita. Wallahualam bi shawab….